Pemasaran
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem ekonomi di masyarakat
modern. Dewasa ini, pemasaran dengan menggunakan strategi promosi sudah
berkembang menjadi sistem komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi
produsen barang dan jasa, tetapi juga bagi para konsumennya. Kemampuan dan
metode promosi dalam menyampaikan informasi kepada konsumen menjadikan hal
tersebut sebagai hal yang penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan
pemasaran dan pembentukan brand suatu perusahaan. Beberapa perusahaan
sampai saat ini masih ada yang beranggapan bahwa promosi yang paling efektif
hanya dapat dilakukan dengan beriklan di media massa saja, anggapan tersebut
menyebabkan fungsi promosi perusahaan-perusahaan itu umumnya hanya didominasi
dengan beriklan di media massa. Padahal iklan bukanlah satu-satunya alat yang
dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan pemasaran. Selain iklan, ada
unsur-unsur lain yang turut dikendalikan secara bersama-sama untuk mencapai
suatu tujuan tertentu, yakni harga, distribusi, pengemasan, penampilan produk,
mutu, brand (merek).
A. MARKETING
COMMUNICATIONS
Komunikasi pemasaran merupakan proses manajemen
dimana sebuah organisasi dapat berkomunikasi dengan khalayaknya. Komunikasi
pemasaran adalah proses manajemen suatu perusahaan untuk melakukan dialog
kepada berbagai audiens perusahaan, dengan mengembangkan, menyampaikan, dan
mengevaluasi serangkaian pesan kepada kelompok stakeholder yang teridentifikasi
(Fill,c, 1999:12).
Komunikasi pemasaran adalah proses manajemen suatu
perusahaan untuk melakukan dialog kepada berbagai audiens perusahaan, dengan
mengembangkan, menyampaikan, dan mengevaluasi serangkaian pesan kepada kelompok
stakeholder yang teridentifikasi. Komunikasi pemasaran merupakan proses yang
dilakukan oleh perusahaan dalam mengkoordinasikan beberapa elemen promosi dan
kegiatan pemasaran lainnya sehingga terjalin komunikasi dengan konsumen
perusahaan (Belch,G E dan Belch,MA, 2004: 16).
Dengan menggunakan marketing communication tools
yang tepat, perusahaan selaku komunikator dapat memperkenalkan serta memasarkan
barang atau jasanya kepada konsumen selaku target marketnya. Oleh karena itu, perencanaan dan pemilihan marketing
communication tools menjadi penting sebab tools tersebut
merupakan perantara komunikasi perusahaan dalam memasarkan dan mengenalkan
barang atau jasa mereka. Marketing communication tools yang biasa
digunakan oleh pemasaran di antaranya adalah advertising, sales promotion,
public relations, personal selling, interactive marketing, dan direct
marketing. Untuk mendukung masing-masing instrumen mencapai tujuan
komunikasi pemasaran, pengelola pemasaran harus benar-benar memikirkan pesan
komunikasi dan media komunikasi pemasaran untuk menyampaikan pesan tersebut.
B. MARKETING
COMMUNICATION TOOLS II
Menerapkan pemasaran berbasis misi untuk mendongkrak
nilai tambah. Misi perusahaan diwujudkan dengan program pemasaran dan kehumasan
simpatik. Ada empat cara: aktivitas terfokus, program yang relevan dengan
bidang usaha perusahaan, dirancang untuk jangka panjang dan bersifat persuasif.
Seorang praktisi periklanan dari Amerika, Tom Brannan menyatakan ukuran untuk
dapat dikatakan memiliki komunikasi terpadu (integrated) secara penuh apabila
kita sudah mengidentifikasi satu per satu pesan inti yang mengarahkan pada
suatu ide kreatif besar dan dapat pula diimplementasikan pada segala bidang
yang kita tekuni. Integrasi dapat dikatakan berhasil apabila model komunikasi
dengan membangun citra melalui pesan inti yang sama pada berbagai media
komunikasi dapat dengan mudah dimengerti kapanpun kita melihat dan mendengarnya
(Brannan,Tom, 2004:1). Dalam kerangka umum IMC terdapat beberapa elemen yang
dijadikan perangkat (tools), yakni: periklanan, promosi penjualan, penjualan
personal, pemasaran langsung, humas. Elemen-elemen tersebut dipadukan dalam
suatu tahapan strategi kreatif yang ditujukan untuk menyampaikan suatu pesan
yang sama sehingga pesan yang disampaikan kepada konsumen dapat dilakukan
dengan baik dan efektif. Adapun elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adversiting
( iklan )
2. Sales
Promotion ( promosi penjualan )
3. Personal
Selling
4. Public
Relations
5. Direct
Marketing
C.
STRATEGI SOFT SELLING
1.
Grand Strategy, Strategy dan Tactics
Carl Botan (1992) mengungkapkan bahwa dalam dunia
Public Relations sebuah strategi terdiri dari tiga konsep yaitu Grand Strategy,
Strategy dan Tactics. Grand Strategy merupakan konsep utama yang menjadi dasar
terbentuknya Strategy. Strategy,
membahas tentang level kampanye pembuatan keputusan, termasuk mengatur sumber
daya dan argumen untuk melaksanakan Grand Strategy yang telah ditetapkan,
sehingga strategi yang dilakukan oleh perusahaan selalu dibatasi oleh Grand
Strategy. Tactics, tahap ini berbicara
tentang aktivitas spesifik yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan dari
strategi yang sudah diterapkan dalam aktivitas yang dilakukan atau aspek teknis
Public Relations.
2.Strategi
Marketing Communication
Dalam bukunya Marketing Communication (2005.331)
Chris Fill menguraikan tentang Strategi Marketing Communication dalam tiga
proses yang terkait dalam 3PS Strategi Marketing Communication sebagai berikut:
a) Pull
Strategies - To Influence end-user customer
Tahap
ini merupakan proses penyampaian pesan dari perusahaan yang diarahkan langsung
pada end-user customer atau target konsumen akhir. Hal tersebut bertujuan untuk
menghasilkan peningkatan tingkat kesadaran, mengubah atau memperkuat sikap
customer, mengurangi resiko yang timbul, mendorong keterlibatan, dan memicu motivasi
dalam kelompok-kelompok sasaran. Untuk menjalankan Pull Strategies, dapat
menggunakan pendekatan tradisional melalui pengiriman pesan dalam iklan media
massa yang juga didukung oleh proses komunikasi dalam bentuk bellow the line.
b) Push
Strategies - To influence marketing channel buyers
Push
Strategy atau Strategi komunikasi pendorong ini berbicara tentang penyajian
informasi yang diberikan oleh perusahaan untuk mendukung proses transaksi
penjualan dan pembelian konsumennya
c) Profile
Strategies - To influence a range of stakeholders
Strategi
ini menganggap sejauh mana perusahaan membutuhkan komunikasi dengan pelanggan
(pull strategies) dan perantara saluran perdagangan (push strategies).
Komunikasi digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan pemangku kepentingan dan
tujuan promosi perusahaan organisasi dikembangkan melalui apa yang disebut
sebagai strategi profil, dengan tujuan utama yaitu Corporate Branding.
3.Brand
Brand merupakan kombinasi dari nama, istilah, tanda,
simbol, atau desain, yang dimaksudkan
untuk mengidentifikasi suatu produk atau perusahaan agar
membedakan mereka dari para kompetitor. Brand dikatakan lebih dari
sekedar sebuah produk karena sebuah
brand memiliki dimensi yang membedakannya dengan produk lain yang dirancang
sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan sama sehingga ada nilai lebih
tersendiri yang akan diperoleh konsumen ketika mereka memilihnya.
(Keller,2003:2).
Menurut American Marketing Communication (AMA),
brand adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari
semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikannya dari barang atau jasa
pesaing. Namun brand bukanlah sekedar nama, istilah, tanda ataupun simbol saja,
lebih dari itu brand merupakan sebuah ‘janji’ perusahaan yang secara konsisten
memberikan gambaran, semangat, dan pelayanan pada konsumen. The American
Marketing Associations mendifinisikan brand sebagai “a name, sign or symbol
used to identify items orservices of the seller and to differentiate them from
goods of competitors.” (Kotler,Philip
dan Kevin Lane Keller,2006: 6).
D.SOFT
SELL PROMOTION
Soft-selling adalah strategi pemasaran yang berupa
penyampaian pesan yang sifatnya emosional. Strategi ini berupaya menciptakan
respon yang didasarkan pada perilaku, mood, impian, perasaan dan daya tarik
emosional. Soft-selling tidak langsung berdampak pada penjualan. Dalam praktik,
soft-selling ini direpresentasikan dalam bentuk, Misal
advertising/advertorial.Contoh:
Seluruh iklan TV, tujuannya adalah mengenalkan dan
mengingatkan konsumen akan produk atau merek tertentu. Iklan TV memang tidak langsung
berdampak penjualan, namun pesan yang disampaikan diharapkan dapat menyentuh
emosional pemirsa yang pada gilirannya akan berdampak pada pembelian (penjualan
di sisi perusahaan).
Advertorial sering kita jumpai di beberapa media TV,
seperti tayangan tentang kegiatan dan keberhasilan Usaha Kecil Menengah yang
buntut-buntutnya menyampaikan bahwa UKM yang bersangkutan mendapat permodalan
dari Bank tertentu.
Juga cerita artis yang menderita sembelit atau
kegemukan atau masuk angin, namun buntut-buntutnya acting minum obat-obatan
dengan merek tertentu.
Prinsip dari soft selling adalah mempromosikan
produk kita secara halus, tidak menyampaikan promosi secara langsung, dan
tujuan dari soft selling adalah membangun hubungan yang nyaman dengan calon
konsumen, syukur-syukur di lain kesempatan calon konsumen bisa menjadi konsumen
kita. (Dikutip dari: JokoSusilo.com).Ada beragam cara soft selling di internet,
beberapa diantaranya sebagai berikut.
1. Melalui
blog, yakni dengan membuat berbagai artikel yang menyentuh hati/menginspirasi
orang lain, lalu di akhir artikel diselipkan sedikit promosi tentang produk
yang kita jual.
2. Melalui
Twitter. Contohnya saya pernah melihat salah satu akun Twitter penerbit, yakni
@BentangPustaka mempromosikan bukunya dengan cara membuat twit. Buku yang
dipromosikan oleh akun Twitter tadi adalah buku berjudul Ngaku Gaul Kok Galau.
Nah dalam mempromosikan buku tadi, @BentangPustaka memberikan beberapa twit
tentang cara-cara terhindar dari galau. Di akhir twit yang dibuat
@BentangPustaka akhirnya menyarankan followers-nya untuk langsung membaca buku
Ngaku Gaul Kok Galau.
E.STRATEGI
SOFT SELL PROMOTION KOMUNIKASI PEMASARAN
Strategi pemasaran soft selling pada dasarnya adalah
proses berjualan yang tidak terlihat berjualan secara langsung. Cara yang
digunakan oleh strategi ini sangat halus dan jauh dari kata-kata provokatif,
sehingga memberikan sugesti secara bertahap dengan menanamkan rasa simpati dan
suka antara pembeli dan website penjual. Keuntungan menggunakan strategi soft
selling dibandingkan dengan hard selling adalah dapat menumbuhkan kepercayaan
konsumen terhadap penjual, produk, dan dapat membangun transaksi jangka
panjang. Strategi soft selling atau populer dengan teknik branding ini
bertujuan untuk mendapatkan loyalitas konsumen terhadap produk yang ingin
dijual.
Ciri-ciri strategi pemasaran soft selling adalah
tidak ada kata-kata ajakan yang persuasif untuk membeli produk, melainkan
berisi pesan-pesan yang edukatif. Informasi terkait produk juga disampaikan
lebih detail, seperti apa manfaat menggunakan produk, bagaimana produk tersebut
dibuat, apa yang melatarbelakangi pembuatannya, dan keunggulan produk tersebut
dibanding produk lain. Lebih jauh lagi, strategi ini juga membentuk bonding
antara penjual dan pembeli. Melalui informasi dan sapaan dari penjual, penjual
berusaha membangun imej positif di mata konsumen.
Strategi soft selling lebih sering dijumpai di
website, blog, atau media sosial seperti Facebook. Media ini menjadi sarana
yang tepat bagi strategi soft selling karena penjual dapat menampilkan banyak
artikel. Artikel-artikel berupa review produk bisa ditampilkan tanpa batasan
waktu dan biaya dengan jangkauan target pasar yang luas.
Lalu, bagaimana caranya mengaplikasikan strategi
soft selling pada website Anda? Sebelum menawarkan suatu produk, kita harus
paham dahulu apa saja kebutuhan calon pembeli. Kita pelajari apa saja masalah
calon pembeli dan kita bantu menyelesaikannya. Caranya adalah dengan memberikan
edukasi. Misalnya, ada calon pembeli yang punya masalah dalam pengelolaan
keuangan, maka kita berikan pengetahuan tentang pendidikan finansial. Setelah
calon pembeli mendapat edukasi, barulah kita tawarkan produk keuangan yang kita
jual.
Selain artikel edukasi terkait produk yang kita
jual, kita bisa juga mengisi website dengan artikel tips/tutorial dengan
tema-tema tertentu. Jika kita menggunakan website, maka kita akan terikat
dengan jangkauan view. Semakin banyak orang melihat website kita maka semakin
besar peluang website kita berada di halaman depan mesin pencari. Jika website
Anda tetap bertahan di halaman pertama mesin pencari untuk beberapa kata kunci,
maka Anda akan mendapatkan target pasar yang lebih luas.
Sampai saat ini, tidak ada strategi khusus dalam
melakukan soft selling. Selama calon pembeli tertarik dengan hal yang kita
lakukan, maka selama itu pula ada harapan bahwa mereka akan menjadi pembeli
potensial. Hal ini membuat bermacam website dapat mengembangkan metode soft
selling yang paling tepat dengan calon pembeli mereka. Salah satu contoh soft
selling yang cukup unik tertuang pada pembukaan buku Likeable Social Media:
How to Delight Your Customers, Create an Irresistible Brand yang ditulis
oleh Dave Kerpen. Dalam buku ini, sang penulis bercerita bahwa suatu hari dia
berlibur ke Las Vegas dan harus kecewa karena hotel terpopuler di sana membuat
dia menunggu selama satu jam hanya untuk check in dan meneruskan liburannya.
Kekecewaan ini dituliskan melalui Twitternya dengan
memention akun hotel tersebut. Yang menarik, balasan terhadap tweetnya justru
datang dari akun hotel saingan yang membaca tweet tersebut. Dan bukannya
beriklan bahwa hotel mereka memiliki kamar kosong dan yang fasilitas lebih
baik, akun tersebut justru memberikan simpati atas awal liburannya yang kurang
menyenangkan dan berharap penulis buku memiliki sisa liburan yang lebih
menyenangkan.
Itulah salah satu bentuk dari soft selling, hotel
saingan dapat dengan mudah memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menjual
produknya, namun mereka lebih memilih untuk bersimpati dengan kesusahan penulis
buku. Dan hasilnya, penulis buku memilih untuk tinggal di hotel tersebut pada
liburan selanjutnya. Hotel saingan berhasil mendapatkan $600 hanya dari sebuah
tweet, tidak terhitung keuntungan lain yang didapatkan dari rekomendasi penulis
di dalam bukunya yang akan mendatangkan lebih banyak konsumen di lain waktu.
Ketika Anda menerapkan strategi soft selling, tidak
hanya produk Anda yang mendapatkan gambaran positif, melainkan juga Anda
sebagai penjual. Sebenarnya dengan menerapkan strategi ini, Anda bisa mendapatkan
dua keuntungan sekaligus, yakni meningkatkan brand image dan personal image.
Paparan di atas adalah contoh cara luwes soft selling produk di website. Jangan
biasakan menjajakan produk Anda bak sales promotion, lakukanlah dengan anggun
dan tepat sasaran.
A.IKLAN (ADVERTISING)
Tujuan utama periklanan pada umumnya untuk
berkomunikasi. Periklanan adalah suatu bentuk komunikasi massa dan harus
dibayar untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan sikap atau
mengharapkan adanya suatu tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan (Kasali,Rhenald,
1992:51). Seperti yang dikemukakan oleh Kottler, secara garis besar iklan
dapatdikategorikan menjadi empat kategori sesuai dengan tujuan spesifik iklan
tersebut dikomunikasikan, yaitu:
1. Iklan Informatif
Merupakan iklan yang dianggap penting dalam
peluncuran kategori produk baru. Tujuan dari jenis iklan ini adalah merangsang
permintaan produk dan meningkatkan awareness khalayak.
2.Iklan
Persuasif
Iklan jenis ini
merupakan iklan yang penting jika adanya persaingan dari penjualan produk yang
dipasarkan. Beberapa iklan persuasif juga dapat membangun referensi pada brand
tertentu. Beberapa iklan persuasif pun bisa mendorong adanya comparative
advertising yang membanding-bandingkan dua produk atau lebih secara
eksplisit, contohnya ialah iklan Pepsi dibandingkan dengan Coca-cola.
3.
Iklan yang Mengingatkan (reminder advertising)
Iklan jenis ini
biasanya dibuat untuk produk yang memiliki tahap kedewasaa dan telah
mendapatkan tempat di tengah-tengah khalayak.
4.Iklan yang Menguatkan
(reinforcement advertising)
Iklan
yang bertujuan untuk menguatkan ini dibuat untuk meyakinkan konsumen yang telah
menggunakan produk tersebut, bahwa mereka telah mengambil keputusan yang tepat.
Sasaran atau tujuan iklan adalah tujuan komunikasi spesifik dan tingkat
prestasi yang harus dicapai pada audiens spesifik dalam periode waktu tertentu.
Tujuan iklan semestinya merupakan kelanjutan atau turunan dari keputusan
perusahaan sebelumnya tentang target market, positioning dan integrated
marketing. Selain itu tujuan iklan harus didasarkan pada analisa mendalam
atas situasi pasar terkini (Kotler, Philip. 2003: 591).
B.PUBLIC
RELATIONS
Publik
bagi perusahaan merupakan seluruh kelompok yang secara langsung dan potensial
memiliki kepentingan atau berdampak atas kemampuan perusahaan untuk mencapai
tujuannya. Secara luas public relations dapat diartikan sebagai
perencanaan rancangan komunikasi persuasif untuk mempengaruhi publik-publik tertentu
( Sulaksana, Uyung. 2003:123).
Public
Relations yang biasa disebut Hubungan Masyarakat (Humas) bertanggung
jawab atas berbagai program yang
dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau
produk-produknya.14 Public Relations juga merupakan suatu kegiatan yang
luas dan mencakup segala macam kegiatan yang bertujuan untuk membentuk,
mempertahankan, bahkan meningkatkan awareness bagi perusahaan, termasuk
ruang lingkup hubungan kemasyarakatan, cakupan lingkungan, keuangan, suara
konsumen dan manajemen personalia( Brannan, Tom. 2005: 54).
C.PENGERTIAN EXPERIENTIAL MARKETING
1.
Experiential
Marketing berasal dari dua kata yaitu Experiential dan Marketing.
Sedangkan Experiential sendiri
berasal dari kata experience yang berarti sebuah pengalaman. Definisi
experience menurut Schmitt (1999, p.60): “Experiences are private events
that occur in response to some stimulation (e.g. as provided by marketing
efforts before and after purchase)” yang berarti pengalaman merupakan
peristiwa-peristiwa pribadi yang terjadi dikarenakan adanya stimulus tertentu
(misalnya yang diberikan oleh pihak pemasar sebelum dan sesudah pembelian
barang atau jasa).
Menurut Pine II dan Gilmore (1999,
p.12) berpendapat bahwa “Experience are event that engage individuals in a
personal way” yang berarti pengalaman adalah suatu kejadian yang terjadi
dan mengikat pada setiap individu secara personal. Sedangkan pengertian
marketing menurut Evans and Berman (1992, p.8): “Marketing is the
anticipation, management and satisfaction of demand through the exchange
process”, artinya bahwa marketing adalah suatu aktivitas untuk melakukan
antisipasi, pengelolaan dan pencapaian kepuasan konsumen melalui proses
pertukaran.
Menurut Kotler et.al (2003, p.5): ”Marketing
is typically seen as the task of crediting, promoting and delivering goods and
services to consumers and businesses”, artinya marketing adalah suatu
aktivitas bertypikal sebagai tugas untuk berekreasi atau menciptakan, berpromosi dan menjembatani antara barang dan jasa kepada konsumen dan
bisnis. Bisa dikatakan bahwa pengertian Experiential Marketing adalah suatu
aktivitas untuk melakukan antisipasi, pengelolaan dan pencapaian kepuasan konsumen melalui proses pertukaran yang
merupakan peristiwa-peristiwa pribadi yang terjadi sebagai tanggapan atau
beberapa stimulus.
2. Karakteristik Experiential Marketing
Schmitt (1999, p.12) membagi
Experiential Marketing menjadi empat kunci karakteristik antara lain:
a. Fokus pada pengalaman konsumen
Suatu pengalaman terjadi sebagai
pertemuan, menjalani atau melewati situasi tertentu yang memberikan nilai-nilai
indrawi, emosional, kognitif, perilaku dan relasional yang menggantikan
nilai-nilai fungsional. Dengan adanya pengalaman tersebut dapat menghubungkan
badan usaha beserta produknya dengan gaya hidup konsumen yang mendorong
terjadinya pembelian pribadi dan dalam lingkup usahanya.
b. Menguji situasi konsumen
Berdasarkan pengalaman yang telah
ada konsumen tidak hanya menginginkan suatu produk dilihat dari keseluruhan
situasi pada saat mengkonsumsi produk tersebut tetapi juga dari pengalaman yang
didapatkan pada saat mengkonsumsi produk tersebut.
c. Mengenali aspek rasional dan
emosional sebagai pemicu dari konsumsi
Dalam Experiential Marketing,
konsumen bukan hanya dilihat dari sisi rasional saja melainkan juga dari sisi
emosionalnya. Jangan memperlakukan konsumen hanya sebagai pembuat keputusan
yang rasional tetapi konsumen lebih menginginkan untuk dihibur,
dirangsang serta dipengaruhi secara
emosional dan ditantang secara kreatif.
d. Metode dan perangkat bersifat
elektik
Metode dan perangkat untuk mengukur
pengalaman seseorang lebih bersifat elektik. Maksudnya lebih bergantung pada objek
yang akan diukur atau lebih mengacu pada setiap situasi yang terjadi daripada
menggunakan suatu standar yang sama. Pada Experiential Marketing, merek bukan
hanya sebagai pengenal badan usaha saja, melainkan lebih sebagai pemberi
pengalaman positif pada konsumen sehingga dapat menimbulkan loyalitas pada
konsumen terhadap badan usaha dan merek tersebut.
3. Manfaat Experiential Marketing
Fokus utama dari suatu Experiential
Marketing adalah pada tanggapan panca indra, pengaruh, tindakan serta hubungan.
Oleh karena itu suatu badan usaha harus dapat menciptakan experiential brands yang dihubungkan dengan kehidupan
nyata dari konsumen. Dan Experiential Marketing dapat dimanfaatkan secara
efektif apabila diterapkan pada beberapa situasi tertentu. Ada beberapa manfaat
yang dapat diterima dan dirasakan suatu badan usaha menurut pandangan Schmitt
(1999, p.34) apabila menerapkan Experiential Marketing antara lain: (a) to turn
araund a declining brand, (b) to be differentiate a product from competition,
(c) to create an image and identity for a corporation, (d)
to promote innovation, (e) to induce trial, purchase and the most important,
loyal consumption. yang kurang lebih memiliki arti (a) untuk membangkitkan
kembali merek yang sedang merosot, (b) untuk membedakan satu produk dengan
produk pesaing, (c) untuk menciptakan citra dan identitas sebuah perusahaan,
(d) untuk mempromosikan inovasi, (e) untuk membujuk percobaan, pembelian dan
loyalitas konsumen.
D. VIRAL MARKETING
Dalam pemanfaatan internet sebagai media iklan,
sekarang ini telah mengalami evolusi. Salah satu evolusi dalam internet advertising
dalam lima tahun terakhir adalah pemanfaatan Situs Jejaring Sosial sebagai
bagian dari promotional mix (Mangoed dan Faulds, 2009). Ide penggunaan
Situs Jejaring Sosial seperti Youtube, Facebook, Twitter untuk penyebaran
informasi produk dikaitkan dengan kemampuan situs ini untuk memfasilitasi electronic
Word of Mouth (eWOM) atau viral marketing diantara konsumen.
Porter dan Golan (2006) memberikan definisi awal
tentang viral marketing yaitu komunikasi peer-to-peer (antar
konsumen) yang tidak berbayar atas konten provokatif yang diperoleh dari
sponsor tertentu menggunakan internet untuk mempengaruhi audience agar
menyebarkan pesan kepada orang lain. Porter dan Golan (2006) mengenalkan bahwa viral
marketing biasanya diperoleh dari daftar e-mail konsumen loyal atau
situs perusahaan.Situs Jejaring Sosial seperti Facebook memungkinkan konsumen
sasaran menjadi pengirim pesan dengan mengirimkan advertising kepada
teman, menghubungkan teman kepada advertiser secara eksplisit, atau
berkomentar pada iklan (Chu, 2011). Fasilitas dalam Facebook seperti group juga
menjadi media pendukung viral marketing. Dengan Facebook group dapat
memungkinkan advertiser mengirim pesan inbox kepada anggota group.
Ketika anggota group mengirim ulang viral advertising kepada teman lain,
mereka seolah-olah menjadi endorser dalam merk produk yang diiklankan di
Facebook dan meningkatkan keinginan teman lain untuk melihat iklan tersebut.
Paper ini dituli oleh Elina Asopiah Mahasiswi Prodi
Perbankan Syari’ah IAIN Pontianak Angkatan 2017
DAFTAR PUSTAKA
Danesi, Marcel. 2012. Pesan tanda,
dan makna: buku teks dasar mengenai semiotika dan teori komunikasi. Yogyakarta:
Jalasutra
Jurnal komunikasi pemasaran: Endang
hariningsih, 2013 . internet advertising sebagai media komunikasi
pemasaran interaktif akademi manajemen administrasi (ama) “ypk” Yogyakarta Rhenald kasali. 1992. Manajemen
Periklanan. Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti
Phillip kotler dan Kevin Lane Keller.
2006. Management Pemasaran. Jilid 1, Edisi Kedua Belas. Jakarta:
Penerbit Indeks
Brannan, Tom. 2004. Integrated
Marketing Communication. Jakarta : Penerbit PPM.
Fill, C. 1999. Marketing
Communications: Contexts, Contents, and Strategies. Herthfordshire:
Prentice Hall.
Belch, G.E. & Belch, M.A. 2004.
Advertising and Promotion: And Integrated Marketing Communication
Perspective. Boston:
McGraw Hill-Irwin.
0 comments:
Post a Comment