BUDGETTING
Budgetting merupakan suatu alat untuk perencanaan dan
pengawasan operasi keuntungan dalam suatu organisasi laba dimana tingkat formalitas
suatu budget tergantung besar kecilnya organisasi. Untuk melaksanakan tugas di
atas, tentu saja diperlukan rencana yang sangat matang oleh suaru perusahaan
agar bisa berjalan dengan baik. Dengan demikian dari gambaran tersebut dapat
merasakan begitu pentingnya suatu perencanaan dan pengawasan yang baik hanya
dapat diperoleh manajemen dengan mempelajari, menganalisa dan mempertimbangkan
dengan seksama kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Dalam
melakukan penganggaran oleh suatu perusahaan, pasti ada hal yang menjadi
menyenangkan dan merugikan bagi perusahaan ketika penyaluran anggarannya.
Adapun yang menguntukan bagi perusahaan pada saat melakukan budgetting adalah
ü Mempercepat
dan mengefesienkan pencapaian tugas.
ü Mengurangi
tugas-tugas rutin operasional pimpinan sehingga ia lebih terfokus kepada
hal-hal yang bersifat jangka panjang dari stategis.
ü Meningkatkan
daya kopetensi, motivasi, dan menimbulkan proses penilaian yang lebih
objektif.
Dan kelemahan pada saat melakukan
budgetting bagi perusahaan adalah
ü Anggaran
hanya merupakan rencana, dan rencana tersebut baru berhasil apabila
dilaksanakan sungguh-sungguh.
ü Anggaran
hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk membantu manajer dalam
melaksanakan tugasnya, bukan menggantikannya.
Oleh karena itu, ketika
ingin melakukan budgetting yang dilakukan oleh suatu perusahaan, maka
perusahaan harus mengetahui atau menentukan kearah mana perusahaan akan
bergerak, aktivitas apa saja yang akan dilaksanakan dan apa hasil yang akan
dicapai, maka anggaran dapat membantu agar rencana yang telah disusun berjalan
dengan efektif dan efisien”.
Di suatu perusahaan
ketika melakukan suatu pemasaran, tidak akan terlepas dengan Budgetting, karena
budgetting merupakan suatu alat untuk
perencanaan dan pengawasan operasi keuntungan dalam suatu organisasi laba
dimana tingkat formalitas suatu budget tergantung besar kecilnya organisasi.
Untuk melaksanakan tugas di atas, tentu saja diperlukan rencana yang sangat
matang oleh suaru perusahaan agar bisa berjalan dengan baik. Dengan demikian
dari gambaran tersebut dapat merasakan begitu pentingnya suatu perencanaan dan
pengawasan yang baik hanya dapat diperoleh manajemen dengan mempelajari,
menganalisa dan mempertimbangkan dengan seksama kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi. Anggaran dapat mengontrol penggunaan dana agar tidak terlalu
besar, serta mengontrol dan mengendalikan kinerja karyawan karena mereka
dituntut untuk menjalankan aktivitas sesuai dengan anggaran yang telah
ditetapkan. Sebuah anggaran yang telah disusun tidak akan memberikan hasil yang
baik tanpa adanya pengawasan yang dilaksanakan dengan baik juga.
A. Pengertian
Budgetting menurut para ahli (Anggaran)
Anggaran Menurut Munandar “defenisi anggaran adalah ”suatu rencana yang disusun
secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan
dalam unit atau kesatuan moneter yang berlaku untuk jangka waktu yang
akan datang.”
Menurut Welsch “anggaran juga dapat diartikan
sebagai istilah perencanaan untuk pengendalian laba menyeluruh dapat
didefenisikan secara luas sebagai suatu anggaran sistematis dan formal untuk
perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian tanggung jawab manajemen”.
Menurut Nafarin “anggaran merupakan rencana tertulis
mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk
jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang, tetapi dapat
juga dinyatakan dalam satuan barang maupun jasa”.
Menurut Sofyan “anggaran merupakan suatu pendekatan yang
sistematis dan formal untuk tercapainya pelaksanaan fungsi perencanaan sebagai
alat membantu pelaksanaan tanggung jawab manajemen”.
Menurut Garisson, Norren, and Brewer, “anggaran adalah
suatu rencana terperinci mengenai pendapatan dan penggunaan sumber daya
keuangan dan sumber daya lainnya selama periode tertentu.”
Jadi dapat saya simpulkan bahwa anggaran merupakan
suatu rencana perusahaan dalam pengendalian keuangan suatu perusahaan dalam
jangka tertentu.
Penyelesaian anggaran bagi seluruh
unit organisasi akan memfasilitasi
koordinasi aktivitas lintas departemen dan unit organisasi yang lain, membantu
manajer mengidentifikasi sumber hambatan
saat ini dan hal-hal potensial yang membuat operasi berjalan dengan tidak
lancar. Anggaran juga berfungsi sebagai alat komunikasi dimana manajemen puncak mendefinisikan rencana dan
tujuannya untuk periode agar
manajer lainnya dan karyawan
memiliki akses terhadap informasi tersebut, menjadi alat motivasi, serta
menyediakan otoritas untuk memproleh dan menggunakan sumber daya. Pada akhir
periode operasi, anggaran pada periode tersebut dapat berfungsi sebagai dasar
untuk menilai kinerja dengan cara melaporkan kinerja dengan cara melaporkan
kinerja antara pengeluaran aktual yang dilakukan dengan hasil operasi.
B. Tujuan,
fungsi dan mamfaat Anggaran
1.
Tujuan Anggaran
Anggaran sangat dibutuhkan oleh
sebuah perusahaan karena anggaran dapat mencegah pengeluaran-pengeluaran bagi
hal-hal atau aktivitas-aktivitas yang tidak dibenarkan oleh undang-undang.
Menurut M. Nafarin dalam buku “Penganggaran Perusahaan” (2004:15) menyatakan
bahwa tujuan anggaran adalah:
a)
Digunakan sebagai
landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana.
b)
Memberikan batasan atas
jumlah dana yang dicari dan digunakan.
c)
Merinci jenis sumber
dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga dapat memudahkan
pengawasan.
d)
Merasionalkan sumber
dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.
e)
Menyempurkan rencana
yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat.
f)
Menampung dan
menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan
2.
Fungsi Anggaran
Menurut Mardiasmo dalam bukunya
yang berjudul “Akuntansi Sektor Publik” mempunyai beberapa fungsi sebagai
berikut:
a) Anggaran
sebagai alat perencaan (planning tool)
Anggaran merupakan alat
perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik
dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah,
berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja
pemerintah tersebut.
b) Anggaran
sebagai alat pengendalian (control tool)
Sebagai alat
pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan
pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan
kepada publik.
c) Anggaran
sebagaialat kebijakan fiskal (fiscal tool)
Anggaran sebagai alat
kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi.
d) Anggaran
sebagai alat politik (political tool)
Anggaran sebagai alat
politik digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan
tehadap prioritas tersebut.
e) Anggaran
sebagai alat koordinasi dan komunikasi (coordination and communication tool)
Setiap unit kerja
pemerintah terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran publik merupakan
alat koordinasi antar bagian dalam pemerintah. Anggaran publik yang disusun
dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja
dalam pencapaian tujuan organiasasi.
f) Anggaran
sebagai alat penilaian kinerja (performance measurenment tool)
Anggaran merupakan
wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang
(legislatif). Kinerka eksekutif akan dinilai berdasarkanpencapaian target
anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran.
g) Anggaran
sebagai alat motivasi (motivation tool)
Anggaran dapa digunakan
sebagai alat untuk memotivasi manajer dan staffnya agar bekerja secara
ekonomis, efektif, fan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
h) Anggaran
sebagai alat menciptakan ruang publik (public sphere)
Anggaran publik tidak
boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan DPR/DPRD. Masyarakat, LSM,
Perguruan Tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam
proses penganggaran publik.
3.
Manfaat Anggaran
Setiap perusahaan dalam menjalankan
usahanya membutuhkan suatu anggaran untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Menurut
M.Nafarin dalam bukunya “Penganggaran Perusahaan” (2004:15) mengemukakan
manfaat anggaran sebagai berikut :
a) Segala
kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.
b) Dapat
digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai.
c) Dapat
memotivasi pegawai.
d) Menimbulkan
rasa tanggungjawab pada pegawai.
e) Menghindari
pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.
f) Sumber
daya, seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat dimanfaatkan seefisien
mungkin.
g) Alat
pendidikan bagi para manajer (Assauri
Sofyan. 2002).
C. Proses
penyusunan Budgetting
Secara garis besar, proses
penyusunan anggaran terbagi menjadi dua, yakni dari atas ke bawah (top-down)
dan dari bawah ke atas (bottom-up)
1.
Dari atas ke bawah
(Top-down)
Merupakan proses penyusunan
anggaran tanpa penentuan tujuan sebelumnya dan tidak berlandaskan teori yang
jelas.[4] Proses penyusunan anggaran dari atas ke bawah ini secara garis besar berupa
pemberian sejumlah uang dari pihak atasan kepada para karyawannya agar
menggunakan uang yang diberikan tersebut untuk menjalankan sebuah program.[4]
Terdapat 5 metode penyusunan anggaran dari atas ke bawah:
a) Metode
kemampuan (The affordable method) adalah metode di mana perusahaan menggunakan
sejumlah uang yang ada untuk kegiatan operasional dan produksi tanpa
mepertimbangkan efek pengeluaran tersebut.
b) Metode
pembagian semena-mena (Arbitrary allocation method) merupakan proses
pendistribusian anggaran yang tidak lebih baik dari metode sebelumnya. Metode
ini tidak berdasar pada teori, tidak memiliki tujuan yang jelas, dan tidak
membuat konsep pendistribusian anggaran dengan baik.
c) Metode
persentase penjualan (Percentage of sales) menggambarkan efek yang terjadi
antara kegiatan iklan dan promosi yang dilakukan dengan persentase peningkatan
penjualan di lapangan. Metode ini mendasarkan pada dua hal, yaitu persentase
penjualan dan sejumlah pengembalian yang diterima dari aktivitas periklanan dan
promosi yang dilakukan.
d) Melihat
pesaing (Competitive parity) karena sebenarnya tidak ada perusahaan yang tidak
mau tahu akan keadaan pesaingnya. Tiap perusahaan akan berusaha untuk melakukan
promosi yang lebih baik dari para pesaingnya dengan tujuan untuk menguasai
pangsa pasar.
e) Pengembalian
investasi (Return of investment) merupakan pengembalian keuntungan yang
diharapkan oleh perusahaan terkait dengan sejumlah uang yang telah dikeluarkan
untuk iklan dan aktivitas promosi lainnya. Sesuai dengan arti katanya, investasi
berarti penanaman modal dengan harapan akan adanya pengembalian modal suatu
hari.
2.
Dari bawah ke atas
(Bottom-up)
Merupakan proses penyusunan
anggaran berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan anggaran
ditentukan belakangan setelah tujuan selesai disusun. Proses penyusunan
anggaran dari bawah ke atas merupakan komunikasi strategis antara tujuan dengan
anggaran. Terdapat 3 metode dasar proses penyusunan anggaran dari bawah ke
atas, yakni:
a) Metode
tujuan dan tugas (Objective and task method) dengan menegaskan pada penentuan
tujuan dan anggaran yang disusun secara beriringan. Terdapat 3 langkah yang
ditempuh dalam langkah ini, yakni penentuan tujuan, penentuan strategi dan
tugas yang harus dikerjakan, dan perkiraan anggaran yang dibutuhkan untuk
mencapai tugas dan strategi tersebut.
b) Metode
pengembalian berkala (Payout planning) menggunakan prinsip investasi di mana
pengembalian modal diterima setelah waktu tertentu. Selama tahun pertama,
perusahaan akan mengalami rugi dikarenakan biaya promosi dan iklan masih
melebihi keuntungan yang diterima dari hasil penjualan. Pada tahun kedua,
perusahaan akan mencapai titik impas (break even point) antara biaya promosi
dengan keuntungan yang diterima. Setelah memasuki tahun ketiga, barulah
perusahaan akan menerima keuntungan penjualan.
Strategi ini hasilnya dirasakan dalam jangka panjang.
c) Metode
perhitungan kuantitatif (Quantitative models) menggunakan sistem perhitungan
statistik dengan mengolah data yang dimasukkan dalam komputer dengan teknik
analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Metode ini jarang
digunakan karena kompleks dalam pemakaiannya.
D. Jenis-Jenis
Anggaran
1.
Anggaran Penjualan
Anggaran penjualan merupakan suatu
penentuan jumlah unit penjualan yang diperkirakan akan dijual di dalam suatu
perusahaan untuk periode yang akan datang. Pada umumnya anggaran penjualan ini
akan menyebutkan jumlah unit yang dijual serta harga jual per unit produk
tersebut untuk masing-masing daerah penjualan yang ada. Dengan demikian, maka
dari anggaran penjualan yang disusun tersebut akan dapat diketahui proyeksi
penerimaan pendapatan perusahaan dari penjualan produk serta jumlah unit untuk
masing-masing jenis produk yang dijual.
Untuk menyusun anggaran penjualan
ini perlu disusun peramalah penjualan perusahaan dengan mempergunakan model
yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi dari penjualan produk perusahaan.
Beberapa model yang dapat dipergunakan untuk mengadakan penyusunan anggaran
penjualan produk perusahaan ini antara lain model tren pangkat tunggal, tren
pangkat dua, regresi, dan lain-lain.
2.
Anggaran Produksi
Anggaran produksi dapat disusun
setelah mengetahui berapa besar rencana penjualan untuk masing-masing produk.
Rencana penjualan ini dapat dilihat dalam anggaran penjualan. Berdasarkan
rencana penjualan yang telah tersusun tersebut serta dengan mempertimbangkan
perubahan persediaan produk akhir yang ada , maka anggaran produksi akan dapat
disusun. Di dalam menyusun anggaran produksi bulanan, maka akan dikenal
penerapan dari pola produksi yang ada di dalam perusahaan. Di dalam pemilihan
pola produksi untuk perusahaan, maka manajeen selayaknya mempertimbangkan
berbagai macam faktor yang berhubungan dengan biaya –biaya yang harus menjadi
tanggungan perusahaan apabila perusahaan tersebut memilih salah satu dari pola
produksi tersebut. Sebagaim mana diketahui, pola produksi ada tiga macam:
a) Pola
produksi konstan
Merupakan pola produksi
di mana jumlah produksi dari bulan ke bulan adalah sama atau relatif sama,
Walaupun terdapat perubahan penjualan produk perusahaan dari satu bulan dengan
bulan yang lain.
b) Pola
produksi bergelombang
Merupakan pola produksi
dimana jumlah produksi di setiap bulan mengalami perubahan sesuai dengan
perubahan penjualan, sedangkan jumlah persediaan barang jadi adalah stabil atau
tetap.
c) Pola
produksi moderat
Merupakan suatu pola
produksi dimana jumlah produksi di setiap bulan selalu mengalami perubahan,
namun perubahan ini tidak akan sebesar perubahan penjualan produk yang ada.
Perubahan penjualan produk akan diserap secara bersama-sama di dalam perubahan
jumlah produksi dan persediaan barang jadi. Manajemen perusahaan akan berusaha
untuk mengadakan pemilihan pola produksi yang paling sesuai dengan situasi dan
kondisi dari perusahaan tersebut.
3.
Anggaran Bahan Baku
Apabila anggaran produksi telah
disusun, maka anggaran bahan baku telah dapat disusun pula. Penyusunan anggaran
bahan baku akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah
mengidentifikasi tingkat penggunaan bahan baku atau yang disebut dengan
material usage rate.
Apabila tingkat penggunaan bahan
baku ini telah diketahui, maka dengan mempergunakan data anggaran produksi
(dimana diketahui jumlah yang akan diproduksi selama satu periode) maka akan
dapat disusun jumlah unit kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi.
Setelah itu baru kemudian diperhitungkan besarnya jumlah unit kebutuhan bahan
baku yang akan dibeli. Jumlah unit bahan baku yang akan dibeli akan sama dengan
besarnya jumlah unit kebutuhan bahan baku untuk proses produksi ditambah atau
dikurangi dengan selisih yang terjadi antara persediaan awal dengan rencana persediaan
akhir dari bahan baku yang akan dipergunakan tersebut.
Apabila persediaan awal bahab baku
ternyata lebih besar dari rencana persediaan akhir, maka besarnya pembelian
bahan baku akan sama dengan kebutuhan bahan baku untuk proses produksi
dikurangi dengan selisih persediaan awal dengan persediaan tersebut, begitu
pula sebaliknya.
Dengan dasar kebutuhan bahan baku
yang akan dibeli ini maka manajemen perusahaan akan dapat memperhitungkan
berapa besarnya dana yang diperlukan di dalam pembelian bahan baku untuk
keperluan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan.
Faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan dalam penyusunannya, yaitu:
a) Budget
unit yang diproduksi, khususnya tentang kualitas, kuantitas barang yang akan
diproduksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
b) Berbagai
standar pemakaian bahan dari masing-masing jenis bahan mentah untuk proses
produksi yang telah ditetapkan perusahaan
4.
Anggaran Tenaga Kerja
Langsung
Tenaga kerja langsung akan sangat
perlu pula untuk dikendalikan biayanya, karena tenaga kerja langsung ini juga
merupakan salah satu unsur pembentuk harga pokok produksi. Tanpa adanya
pengendalian biaya tenaga kerja langsung yang baik, maka besar kemungkinan
bahwa biaya tenaga kerja langsung ini menjadi lebih besar dari biaya yang
sewajarnya, sehingga harga pokok produksi atau HPP akan menjadi bertambah
besar. Kondisi ini tentu saja akan menurunkan daya saing perusahaan.
Untuk mengadakan perhitungan
terhadap biaya tenaga kerja langsung yang dipergunakan di dalam pelaksanaan
proses produksi, maka perlu ditentukan terlebih dahulu satuan dasar yang akan
dipergunakan untuk perhitungan tersebut. Satuan dasar ini penting artinya
karena dengan adanya satuan dasar yang dipergunakan untuk perhitungan biaya
tenaga kerja langsung, maka kesimpangsiuran di dalam penyusunan biaya tenaga
kerja langsung tersebut akan dapat dihindarkan.
Pada umumnya untuk menyusun
perhitungan biaya tenaga kerja langsung ini dikenal dua macam dasar
perhitungan, yaitu upah per unit produk, dan upah per jam. Masing-masing sistem
upah tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga sebelum mengadakan
pemilihan sistem mana yang akan dipergunakan di dalam perusahaan maka perlu
mempelajari terlebih dahulu sistem mana yang paling sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada.
Di dalam sistem upah per unit, maka
para karyawan langsung akan cenderung untu dapat menghasilkan unit produk
sebanyak-banyaknya sehingga produktivitas karyawan tersebut akan cenderung
meningkat. Namun upah per unit memiliki kelemahan dimana karena para karyawan
cenderung untu dapat menghasilkan unit produk sebesar-besarnya, maka terkadang
kualitas unit produk yang dihasilkan cenderung menurun karena menjadi
terabaikan. Bila tidak diimbangi dengan pengawasan yang ketat dari pihak
manajemen, maka dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar karena hilangnya
kepuasan konsumen terhadap produk yang dibelinya.
Sistem upah menurut waktu (unit per
jam) dapat membuat para pekerja menghasilkan unit produk yang berkualitas
tinggi karena tidak terfokus pada tujuan menghasilkan produk
sebanyak-banyaknya. Namun kelemahan dari sistem ini adalah karyawan cenderung
untuk memperlama waktu waktu penyelesaian pekerjaan karena tidak mempengaruhi
besarnya penerimaan mereka.
5.
Anggaran Biaya Overhead
Pabrik
Biaya
Overhead Pabrik merupakan komponen ketiga di dalam penyusunan perhitungan
besarnya harga pokok produksi. Biaya overhead pabrik terdiri dari seluruh biaya
yang terjadi di dalam pabrik kecuali biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.
6. Anggaran
Persediaan
Anggaran
persediaan merupakan anggaran yang merencanakan secara terperinci berapa nilai
persediaan pada periode yang akan datang. Pada perusahaan manufaktur persediaan
yang ada terdiri dari 3 jenis, yakni persediaan material, persediaan barang
setengah jadi, persediaan barang jadi.
7. Anggaran
Biaya Non Produksi
Anggaran
Biaya non Produksi merupakan sruktur terinci yang tidak termasuk dalam
biaya-biaya produksi. Selain itu biaya non produksi ini hanya sebagai penunjang
kegiatan produksi sehingga tidak akan mempengaruhi penjualan yang sudah
dianggarkan dan kebutuhan persediaan.
8. Anggaran
Pengeluaran Modal
Anggaran
Pengeluaran Modal merupakan anggaran yang mengumpulkan laba sebanyak-banyaknya
dengan mengeluarkan semua aktiva atau modal yang dimiliki. Oleh karena itu
dalam anggaran ini harus sangat teliti dalam mengambil keputusan untuk
menghindari kerugian yang sangat besar.
9. Anggaran
Kas
Anggaran
Kas merupakan anggaran yang sederhana menunjukkan saldo awal kas, ditambah kas
masuk yang diantisipasi lebih, dikurangi pengeluaran kas yang diantisipasi,
saldo kas lebih atau kurang maupun yang akan mungkin perlu dipinjam.
10. Anggaran
Rugi-Laba
Anggaran
Rugi-Laba merupakan hasil akhir dari semua anggaran operasional seperti
penjualan, harga pokok penjalan, biaya komersil dan biaya adminstrasi dan
keuangan diringkas dalam laporan laba-rugi dianggarkan.
11. Anggaran
Neraca
Anggaran
Neraca adalah neraca yang memberikan gambaran saldo akhir aktiva, utang, dan
modal yang diantisipasi jika rencana yang dianggarkan terlaksana dengan baik.
12.
Anggaran Perubahan
Posisi Keuangan
Anggaran Perubahan Posisi Keuangan
adalah memuat mengenai rencana perubahan aktiva, utang, dan modal perusahaan
selama periode yang dianggarkan untuk mengetahui posisi keuangan suatu
perusahaan.
E. Keuntungan
dan kelemahan Budgetting bagi perusahaan
1. Keuntungan Anggaran
Sistem
anggaran memiliki biaya dan memerlukan pengorbanan tetapi dibalik pengorbanan
itu banyak keuntungan. Keuntungan anggaran
antara lain adalah :
- Mempercepat dan mengefesienkan pencapaian tugas.
- Mengurangi tugas-tugas rutin operasional pimpinan sehingga ia lebih terfokus kepada hal-hal yang bersifat jangka panjang dari stategis.
- Meningkatkan daya kopetensi, motivasi, dan menimbulkan proses penilaian yang lebih objektif.
- Dapat menilai kemajuan kerja (progress) pencapaian tujuan.
- Dapat mengetahui lebih dini setiap penyimpangan dari tujuan.
- Dapat membedakan antara yang efisien dan yang tidak efisien.
- Mengurangi hal-hal yang bersifat kabur, ambivalen, atau ambigius.
- Dapat memantapkan pelaksanaan manajemen, pengawasan, akuntansi secara lebih.
- Dapat mengarahkan kegiatan kebidang yang lebih menguntungkan.
- Dapat menilai prestasi karyawan atau bagian yang lebih objektif.
2. Kelemahan
Anggaran
Meskipun
begitu banyak keuntungan yang diperoleh dengan menyusun anggaran, tetapi masih
terdapat beberapa kelemahan yang membatasi anggaran. Adapun kelemahan -
kelemahan tersebut antara lain :
- Anggaran hanya merupakan rencana, dan rencana tersebut baru berhasil apabila dilaksanakan sungguh-sungguh.
- Anggaran hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk membantu manajer dalam melaksanakan tugasnya, bukan menggantikannya.
- Kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama dengan yang diramalkan sebelumnya, karena itu anggaran perlu memiliki sifat yang luwes.
- Anggaran harus disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.
F. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Anggaran Produksi
Untuk dapat membuat suatu
perencanaan yang baik haruslah diperhatikan masalah yang terdapat didalam
perusahaan dan masalah-masalah yang datangnya.
1.
Faktor internal adalah
faktor-faktor yang berada dalam perusahaan yang mempunyai pengaruh terhadap
kelangsungan perusahaan :
- Kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan harga jual
- Syarat pembayaran barang yang dijual
- Pemilihan saluran distribusi
- Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan (Quantitatif atau Qualitatif)
- Modal kerja yang dimiliki perusahaan (Current asset -Current liabilities)
- Fasilitas yang dimiliki perusahaan
- Kebijaksanaan perusahaan yang dimiliki perusahaan dibidang-bidang lain.
2. Faktor-faktor
eksternal/ faktor luar perusahaan, tapi memiliki pengaruh terhadap perusahaan :
- Persaingan
- Tingkat pertumbuhan penduduk
- Tingkat penghasilan masyarakat
- Tingkat pendidikan masyarakat
- Tingkat penyebaran masyarakat
- Agama, adat istiadat dan kebijaksanaan masyarakat
- Kebijaksanaan pemerintah
- Keadaaan perekonomian internasional maupun nasional dan kemajuan tehnologi.
G. Pemilihan
Media untuk meningkatkan efektivitas anggaran
Soekanto berpendapat bahwa “
efektifitas adalah pencapaian tujuan akan hasil yang dikehendaki tanpa
menghiraukan faktor faktor tenaga, waktu, biaya, pikiran, alat-alat, dan
lain-lain yang telah dikeluarkan. Berdasarkan pengertian diatas, bahwa
efektifitas merupakan suatu keadaan yang dimana perusahaan mampu mewujudkan
tujuan yang telah ditetapkan atau direncanakan sebelumnya. Adapun indikator
yang menentukan efektifitas pengendalian baiya produksi yaitu perbandingan
biaya produksi yang sesungguhnya dengan yang dianggarkan sebelumnya dan selisih
perbandingan anatara anggaran dengan realisasi.
Pencapaian sebuah niali efektifitas
berawal dari bagaimana sebuah perusahaan menjalankan suatu pengendalian. Pengendalian
pada dasarnya adalah membandingkan antara rencana dengan pelaksanaannya
sehingga dapat ditentukan penyimpanan yang timbul apakah sudah menjadi tanda
bahwa bagi organisasi atau unit-unit lainnya. Penyimpanan tersebut digunakan
dasar evaluasi atau penilaian prestasi dan umpan balik untuk perbaiakn di masa
yang akan datang.
James D.Wilson dan John B. Campbell
( 1997 : 83 ) mengemukakan proses pengendalian meliputi empat langkah dasar
yaitu :
a) Menetapkan
standar pengkuran ( anggaran ). b) Membandingkan realisasi dengan standar anggaran.
c) Mencari sebab-sebab terjadinya penyimpanan.
d) Mengambil tindakan koreksi ( perbaikan ).
Berdasarkan uraian di atas, pada
anggaran biaya produksi sebagai salah satu alat merencanaan dan alat
pengendalaian jangka pendek, agar anggaran tersebut dapat dipakai membantu
manajemen dalam membawa perusahaan sedekat mungkin dengan tujuan yang telah
ditetapkan, yaitu dengan menggunakan anggaran biaya produksi sebagai salah satu
tolak ukur dalam pengendalian biaya produksi.
Pengendalian biaya produksi
bertujuan untuk memperoleh sejumlah produksi dengan kualitas yang dikehendaki,
dari pemakaian sejumlah bahan tertentu, tenaga kerja, usaha atau fasilitas
yaitu memperoleh hasil yang baik dengan biaya yang sekecil mungkin dalam
kondisi yang ada. Untuk mengetahui apakah telah terjadi penyimpanan dalam
anggaran biaya produksi, dapat dilakukan pengendalian dengan membandingkan data
hasil pengamatan berupa catatan realisasi biaya produksi dengan data yang
diharapkan. Yang dalam hal ini berarti adalah anggaran biaya produksi telah
disusun. Setelah dilakukan perbandingan maka akan diketahui berapa jumlah
selsisih secara keseluruhan anatara realisasi biaya produksi dan anggaran baiya
produksi. Selisih tersebut kemudian di cocokan dengan standar ukuran
efektifitas, dengan demikian dapat diketahui sejuah mana efektifitas
pengendalian yang telah dilakukan
(Jurnal akutansi Fe Unsil, 2008).
Paper
ini ditulis oleh Polindi
Mahasiswa Jurusan Perbankan Syari’ah IAIN Pontianak angkatan 2017
DAFTAR
PUSTAKA
Jurnal Akuntansi FE Unsil,Vol. 3, No. 1,2008
Assauri Sofyan. 2002.
Manajemen Pemasaran Dasar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Purwanto,
Joko.2006. Komunikasi Bisnis ( jilid ke 3 ). Jakarta : PT. Gelora Aksara
Pratama.
Stanton,
Willian. 1984. Prinsip Pemasaran(jilid ke 1). Jakarta : PT. Erlangga
0 comments:
Post a Comment