Penyusunan anggaran adalah pekerjaan teknis.
Bila mendengar kata anggaran maka orang pada umumnya akan membayangkan
angka-angka dan estimasi serta menghubungkannya dengan hal yang berkaitan
dengan keuangan. Meskipun penyusunan ini, seperti disinggung sebelumnya,
merupakan tugas teknis namun tidak dapat dipungkiri bahwa dibalik itu semua
adalah unsur manusia yang paling berperan. Manusia yang membuatnya dan mereka
pula yang akan menggunakannya.
Aspek perilaku yang terkait dengan anggaran
merujuk pada perilaku manusia yang dterlibat
pada saat anggaran tersebut disusun dan diimplemetasikan. Anggaran dapat
mempengaruhi perilaku manusia. Adanya anggaran mengakibatkan manusia membatasi
tindakannya. Anggaran pula yang menyebabkan kinerja manajer selalu dan secara
kontinyu dipantau serta dibandingkan. Hal ini pula yang mengakibatkan timbulnya
tekanan. Di balik permasalahan yang timbul akibat anggaran, ada juga yang
beranggapan bahwa anggaran dapat memberikan keuntungan oleh sebab itu ia sering
digunakan. Sebenarnya hampir semua orang membuat anggaran, meskipun banyak
orang yang menggunakan anggaran tidak mengakui bahwa apa yang mereka lakukan
merupakan aktivitas penganggaran.
A.
Pengertian
Secara Umum
Budget (Anggaran) adalah suatu rencana yang
disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang
dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu
(periode) tertentu yang akan datang. Budget berfungsi pula sebagai tolok ukur,
sebagai alat pembanding untuk mengevaluasi realisasi kegiatan perusahaan nanti.
Dengan membandingkan apa yang tertuang di dalam Budget dengan apa yang dicapai
oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan telah
sukses bekerja atau kah kurang sukses bekerja (Munandar, 2001: 36).
B.
Pengertian
Menurut Para Ahli
1.
Menurut John R Bartizal, Budget adalah suatu
pengira-iraan yang diperhitungkan didasarkan pada data yang benar walaupun
dengan pobabilitas tertentu. Budget adalah suatu forecast/ramalah yang
mendetail daripada hasil perencanaan kegiatan perusahaan yang didasarkan pada
pengharapan yang berasaskan tentang kapasitas perusahaan.
2.
Menurut
P Bakker, Budgeting berarti memimpin, mengurus, dan mengatur badan usaha
melalui Budget dan merupakan alat yang diperlukan bagi pimpinan suatu badan
usaha
3.
Menurut
Glenn A Welsch Budget adalah suatu bentuk statement daripada rencana dan
kebijakan manajemen yang dipakai sebagai petunjuk atau blueprint dalam periode
tertentu.
4.
Menurut
Stridiron JE Spinosa Cattela (Budgeting and Control Budget)Budgeting adalah
penentuan tanggung jawab dalam angka bagi jalannya perusahaan di kemudian hari.
5.
Menurut
Gunawan Adisaputra Bussines Budget adalah suatu pendekatan yang formal dan
sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen dalam masalah perencanaan,
koordinasi, dan pengawasan. Budget merupakan kata benda yaitu hasil yang
diperoleh setelah menyelesaikan tugas perencanaan.
6.
Menurut
Teguh Djiwanto Budget adalah suatu rancana yang dinyatakan dalam bentuk
angka-angka (unit barang atau uang) sebagai suatu proyeksi dari kegiatan yang
akan datang dan merupakan pedoman dan garis kebijakan bagi tindakan-tindakan di
masa depan serta merupakan alat kontrol yang baik bagi manajemen.
C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyusunan anggaran
Untuk
bisa melakukan penaksiran secara lebi akurat diperlukan berbagai data,
informasi dan pengalam yang merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
didalam menyusun budget. Menurut Julita, (2010: 10) faktor-faktor tersebut secara garis besar
dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
1.
Faktor-faktor intern yaitu data,
informasi dan pengalaman yang terdapat didalam perusahaan/lembaga sendiri.
2.
Faktor-faktor ekstern, yaitu data, informasi
dan pengalaman yang terdapat diluar
D. Hubungan
Budget dengan Manajemen
Secara sederhana, manajemen diartikan sebagai suatu
ilmu dan seni untuk mengadakan perencanaan (planning), mengadakan
pengorganisasian (organizing), mengadakan pengarahan dan pembibingan
(directing), mengadakan pengkoordanisian (ccordinating) serta mengadakan
pengawasan (controling) terhadap orang-orang dan barang-barang, untuk
mencapai tujuan tetentu yang telah
ditetapkan.
Sebagaimana
yang telah dikemukakan diatas, fungsi (kegunaan) budget yang pokok adalah
sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasian kerja serta sebagai alat
pengawasan kerja. Dengan demikian nampaklah bahwa badget mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan manajemen/administrasi, khususnya yang berhubungan dengan
penyusunan rencana, pengkoordinasian kerja dan pengawasan kerja. Oleh karena
itu, budget adalah alat bagi manajemen/administrasi untuk membantu menjalankan
fungsi-fungsinya(Munandar, 2001: 46).
E. Tujuan
anggaran
Ada
beberapa tujuan disusunnya anggaran, antara lain:
1. Digunakan
sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana.
2. Memberikan
batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan.
3. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis
yang digunakan.
4. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar
dapat mencapai hasil yang maksimal.
5. Menyempurnakan rencana yang telah disusun,
karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat.
6. Menampung
dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan
F.
Tugas
Budgeting
1
Memberi garis kebijakan/pedoman bagi tindakan
di masa depan.
2
Menciptakan alat pengamat-amatan (control)
yang baik bagi pimpinan perusahaan.
3
Memprediksi
transaksi dan kejadian finansial serta non finansial di masa yang akan datang.
4
Mengembangkan
informasi yang akurat dan bermakna bagi penerima anggaran.
G.
Fungsi
Budget
Anggaran adalah rencana-rencana kegiatan
manajerial yang dinyatakan dalam bentuk keuangan. Anggaran tersebut merupakan
perencanaan laba komprehensif jangka
pendek yang memuat Tujuan dan sasaran perusahaan. Anggaran juga merupakan alat
bagi manajemen yang menjamin pencapaian sasaran organisasi.
Anggaran yang disusun perusahaan tersebut
harus disesuaikan dengan sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan
tersebut. Anggaran harus menggambarkan/merefleksikan adanya beban tambahan yang
diperlukan usaha yang dilakukan (dalam bentuk iklan dan promosi atau pemasaran)
untuk memacu/mendorong penjualan dan meningkatkan image perusahaan termasuk estimasi biaya upah dan gaji untuk mendukung
tenaga penjualan yang lebih besar dan memberikan struktur komisi yang lebih
menarik dengan harapan dapat lebih memotivasi usaha-usaha penjualan.
Selanjutnya,
dalam anggaran hendaknya terkandung estimasi
cash flow yang berkaitan dengan waktu pengumpulan kas dari pelanggan,
pembayaran kas ke supplier, dan mengantisipasi peningkatan beban rupa-rupa.
Dengan kata lain anggaran tersebut harus
dibuat secara rinci mengenai bagaimana suatu perusahaan diharapkan beroperasi.
Anggaran memiliki beberapa fungsi, yaitu :
ü Merupakan hasil akhir dari suatu proses
perencanaan perusahaan. Sebagai hasil negosiasi antar anggota perusahaan maka
ia mengandung konsesus/kesepakatan organisasi tentang operasionalisasi tujuan
perusahaan dimasa yang akan datang.
ü Merupakan cetak biru bagi pelaksanaan
tindakan, yang merefleksikan apa yang menjadi prioritas-prioritas manajemen
dalam mengalokasikan sumber daya-sumber daya perusahaan. Anggaran juga
memberikan indikasi mengenai bagaimana unit-unit kecil organisasi diarahkan
secara bersama-sama untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh.
ü Berfungsi sebagai alat komunikasi internal
perusahaan, yang menghubungkan satu departemen atau divisi dengan lainnya dan
dengan top manajemennya.
ü Menyatakan
sasaran dalam kriteria kinerja atau standar yang dapat diukur dan dibandingkan
dengan hasil operasi yang dicapai. Dengan demikian dapat dijadikan dasar bagi
evaluasi/penilaian kinerja bagi manajer pusat laba dan biaya.
ü Berfungsi sebagai alat kontrol yang dapat
menunjukkan secara nyata kepada manajemen mengenai bagian-bagian yang menjadi
kekuatan atau kelemahan perusahaan. Hal ini memungkinkan manajemen menentukan
tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan.
ü Dapat mempengaruhi dan memotivasi para manajer dan karyawan
untuk melakukan tindakan konsisten
secara efisien dan efektif serta sesuai dengan sasaran organisasi.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa anggaran dapat dianggap sebagai alat manajemen untuk perencanaan dan
pengendalian kegiatan operasional perusahaan. Dalam pelaksanaan program
anggaran, penting bagi manajemen puncak untuk tidak menggunakan program ini
sebagai cara menekan karyawan atau mencari kambing hitam atas suatu masalah.
Tekanan tersebut hanya akan menghasilkan
permusuhan, ketegangan, ketidakpercayaan dan bukannya peningkatan kerjasama
serta produktivitas. Anggaran seharusnya tidak digunakan sebagai alat penekan,
tetapi sebagai alat yang positif untuk membantu pencapaian tujuan, pengukuran
prestasi, dan penentuan bidang yang memerlukan usaha serta perhatian yang lebih
besar. Pandangan pekerja yang salah tentang program anggaran dapat dibatasi
dengan keterlibatan aktif seluruh tingkatan organisasi dan dapat juga diatasi
dengan penggunaan program anggaran ini secara tepat pada periode waktu
tertentu.
H.
Manfaat
Penyusunan Bugdet
1. Masalah rentabilitas menjadi normatif
(dijadikan ukuran).
2. Budget mengajarkan kepada semua pihak untuk
berfikir dalam hal uang.
3. Budget
memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menyelidiki mengapa realisasi lebih
rendah/tinggi daripada budget.
4. Budget memberikan dasar untuk perhitungan
harga pokok yang tepat.
5. Budget mendorong pada analisis diri sendiri,
sesuai dengan fungsinya sebagai alat pengendalian.
6. Budget mengajarkan kepada para fungsionaris
untuk berhemat.
7. Budget membantu dalam memperoleh kredit dari
bank (www.google.com/
jbptunikompp-gdl-nuckysnovi-26184-5-unikom_n-i).
I.
Syarat
Penyusunan Budget yang Baik
1.
Organisasi
dari perusahaan yang bersangkutan harus baik.
2.
Bagian
administrasi/tata usaha harus dapat menyediakan angka-angka standar yang
diperlukan untuk penyusunan anggaran.
3.
Setiap
orang yang berhubungan dengan budget harus dibuat budget minded (sadar akan
pentingnya budget).
4.
Budget
harus seimbang, selaras, dan integral.
5.
Budget
harus fleksibel (luwes).
6.
Budget
harus tepat waktu.
7.
Budget
harus realistis dan netral, tidak terlalu pesimistis atau terlalu optimistis.
J.
Keuntungan
dan Kelemahan dari Penyusunan Budget
1. Keuntungan dari Penyusunan Budget
·
Mencegah
pemborosan waktu dan bahan.
·
Mencegah
kapasitas lebih dan kapasitas kurang.
·
Memperlancar
dan mempercepat proses produksi.
·
Menjamin
koordinasi yang baik.
2. Kelemahan dari Budget
·
Rencana
budget didasarkan pada taksiran-taksiran atau pengira-iraan.
·
Program budget harus secara kontinyu
disesuaikan (erat hubungannya) dengan keadaan.
·
Pelaksanaan
rencana budget tidak akan terjadi secara otomatis.
·
Budget
tidak dapat menggantikan tempat manajer atau bagian administrasi
K.
Proses
Penyusunan Budget
Menurut Julita (2010: 106) ada tiga tahapan
besar dalam proses penyusunan budget :
1.
penyusunan
tujuan perusahaan,
2.
implementasi
3.
pengendalian
dan evaluasi kinerja. Untuk mengembangkan suatu anggaran atau perencanaan laba
ada beberapa langkah-langkah penting yang harus dilakukan, yaitu
ü Top manajemen harus memutuskan apa yang
menjadi tujuan jangka pendek perusahaan dan strategi-strategi yang digunakan
untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan dibutuhkan sebagai pedoman agar
hasil-hasilnya dapat dicapai sedangkan strategi merupakan alat untuk mencapai
tujuan tersebut.
ü Sasaran harus disusun dan
sumberdaya-sumberdaya harus dialokasikan. Sasaran merupakan kuantifikasi jangka
pendek dari tujuan, sebagai contoh tujuan suatu perusahaan adalah dapat meraih
pangsa pasar yang lebih luas, strateginya dengan melakukan promosi dan iklan di
berbagai media cetak dan elektronik, sedangkan sasarannya yaitu meningkatkan
penjualan sebesar 10% pada tahun berjalan.
ü Suatu
anggaran yang menyeluruh atau perencanaan laba harus disiapkan, disetujui oleh
top manajemen, dan dikomunikasikan kepada supervisor dan para karyawan yang
terkait
ü Profit planning dan Comprehensive Budget
digunakan untuk mengontrol biaya dan menunjukkan permasalahan-permasalahan
organisasi dengan cara membandingkan secara periodik hasil aktual dengan yang apa telah dianggarkan.
Interaksi manusia dibutuhkan dalam setiap
langkah proses penganggaran ini. Oleh karenanya aspek-aspek perilaku dalam
penganggaran harus benar-benar dipahami dalam rangka menghindari efek
samping-efek samping tidak berfungsinya hubungan antar manusia dalam proses
penganggaran ini.
1.
Goal
Setting Stage / Tahap Penetapan Tujuan
Aktivitas perencanaan dimulai dengan
penterjemahan tujuan utama organisasi ke dalam aktivitas spesifik dari
sasaran-sasaran. Untuk mengembangkan perencanaan yang realistis dan menciptakan
suatu anggaran yang dapat dilaksanakan, interaksi yang luas dibutuhkan antara
lini organisasi dengan para manajer.
Controller dan direktur perencanaan memainkan
kunci dalam proses interaksi antar manusia ini. Mereka bertanggungjawab untuk
memprakarsai dan mengatur proses penyusunan anggaran dan untuk membantu
individu-individu dalam melaksanakan tugas-tugas mereka. Ketika merumuskan
tujuan organisasi dan menterjemahkannya ke dalam sasaran-sasaran operasional
harus pula dipertimbangkan kongkruensi antara keinginan karyawan dengan
kebutuhan manajer agar tujuan dan sasaran dapat dicapai.
Sasaran yang realistis dibuat melalui
partisipasi yang berarti akan mempengaruhi setiap tingkatan manajer dan para
karyawan, kurangnya partisipasi akan menghasilkan efek samping berupa
penyimpangan perilaku. Konsep-konsep perilaku utama yang dapat mempengaruhi
fase penetapan sasaran pada proses perencanaan adalah partisipasi, congruence,
dan komitmen.
2.
Implementation
Stage / Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi rencana formal
digunakan untuk mengkomunikasikan objectives dan strategi-strategi organisasi
dan untuk memotivasi secara positif orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Hal ini dapat dicapai melalui penetapan tujuan-tujuan secara rinci kepada
mereka yang bertanggungjawab untuk melaksanakannya. Agar rencana dapat
terlaksana, rencana tersebut harus dikomunikasikan secara efektif, terjadinya
kesalahpahaman harus dapat dideteksi dan dicarikan pemecahan masalahnya.
Hanya dengan rencana formal yang disukai yang
dapat menimbulkan kerjasama yang menyeluruh dari berbagai kelompok yang dapat
menimbulkan motivasi. Konsep-konsep perilaku yang utama yang mempengaruhi fase
implementasi adalah komunikasi, kerjasama dan koordinasi.
3.
Control
and Performance Evaluation Stage / Tahap Pengendalian dan Penilaian Kinerja
Anggaran yang diimplementasikan akan berfungsi sebagai
unsur kunci dalam system pengendalian. Anggaran tersebut akan menjadi tolok
ukur bagi kinerja aktual dan akan menjadi dasar penilaian bagi Management by
Exception. Hal itu menunjukkan bahwa management by exception jangan hanya melihat penyimpangan/selisih yang tidak
menguntungkan saja melainkan juga penyimpangan yang menguntungkan.
Penyimpangan-penyimpangan yang menguntungkan
dan kinerja yang melebihi standar akan mengindikasikan bahwa masa yang akan
datang menghasilkan keuntungan melalui pengetahuan dan teknologi pada operasi
yang serupa. Namun demikian, penyimpangan-penyimpangan yang menguntungkan dapat
pula mengindikasikan kebutuhan penyesuaian terhadap anggaran. Sementara
penyimpangan-penyimpangan yang tidak menguntungkan dan kinerja di bawah standar
harus segera memicu perbaikan kegiatan dalam rangka menghindari timbulnya biaya
atau kerugian.
Kebijakan-kebijakan manajemen, sikap-sikap,
serta kegiatan-kegiatan dalam evaluasi kinerja dan tindak lanjut dari
penyimpangan mempunyai sejumlah konsekuensi perilaku, yang mana jika tidak
dipahami dan dikontrol, akan menghambat keberhasilan seluruh proses perencanaan
dan pengawasan. Beberapa konsekuesi perilaku yang mungkin timbul yaitu tekanan,
motivasi, aspirasi dan kekhawatiran.
L.
Konsekuensi
Penyimpangan pada Proses Penyusunan Budget
Fungsi-fungsi anggaran seperti penentu
tujuan, pengawasan, dan mekanisme evaluasi kinerja dapat memicu sejumlah
konsekuensi penyimpangan seperti ketidakpercayaan, perlawanan/penolakan,
konflik internal, dan akibat sampingan lainnya yang tidak dikehendaki.
1.
Distrust
Suatu anggaran mengandung seperangkat sasaran
yang spesifik. Meskipun dapat disesuaikan dengan kejadian yang tidak
diantisipasi sebelumnya, ia menimbulkan
kekakuan/keterkejutan/ketidakfleksibelan. Anggaran adalah sumber dari tekanan
yang dapat menciptakan kecurigaan/ketidakpercayaan, permusuhan, dan menyebabkan
penurunan kinerja.
Penelitian yang ada menunjukkan bahwa
sejumlah kecurigaan terjadi pada proses penyusunan anggaran di tingkat
supervisor. Alasan timbulnya kecurigaan/ketidakpercayaan ini didasarkan pada
kepercayaan para supervisor bahwa :
ü Anggaran cenderung terlalu menyederhanakan
atau mengubah situasi “sebenarnya” dan gagal memberikan keberagaman faktor eksternal.
ü Anggaran tidak cukup menggambarkan
variabel-variabel kualitatif seperti tenaga kerja, kualitas bahan, dan
efisiensi mesin.
ü Anggaran menggambarkan secara sederhana apa
yang telah diketahui supervisor.
ü Anggaran secara teratur digunakan untuk
menggerakkan supervisor sehingga ukuran-ukuran kinerja dapat diperkirakan.
ü Anggaran melaporkan penekanan pada hasil bukan
pada sebab.
ü Anggaran mengganggu gaya kepemimpinan para
supervisor.
ü Anggaran cenderung memberi tekanan pada
kegagalan.
2.
Resistance
Meskipun anggaran digunakan secara luas dan
sangat mendukung, namun tetap ditolak oleh banyak anggota organisasi. Alasan
penolakan ini antara lain :
ü Anggaran
membawa perubahan, dengan demikian mengancam status quo. Sumber-sumber
pustaka ilmu sosial, manajemen, dan bidang ilmu perilaku organisasi dapat
menjelaskan fenomena penolakan terhadap
adanya perubahan tersebut. Banyak orang terbiasa untuk melakukan dan memandang
sesuatu dengan cara tersendiri dan tidak tertarik untuk melakukan suatu
perubahan. Adalah merupakan tantangan bagi manajemen untuk mengatasi penolakan untuk berubah ini dan berhasil memberikan
inovasi-inovasi yang dapat meningkatkan kinerja organisasi.
ü Proses
anggaran membutuhkan sejumlah besar perhatian dan menyita banyak waktu. Para
manajer atau supervisor merasa gerah dengan adanya kebutuhan perhatian dan
waktu ini yang menyebabkan besarnya
tanggung jawab hari ke hari. Oleh karena itu, umumnya mereka tidak ingin
terlibat dalam proses penyusunan anggaran ini.
ü Banyak manajer dan supervisor tidak paham
mengenai seluk beluk penyusunan anggaran. Mereka takut atau tidak mau belajar
tentang perencanaan dan proses penyusunan anggaran agar dapat memberikan kontribusi
yang berarti.
3.
Internal Conflict
Anggaran membutuhkan interaksi antara
individu-individu pada berbagai tingkatan organisasi. Konflik internal dapat berkembang sebagai
hasil dari interaksi-interaksi ini, atau sebagai hasil dari laporan kinerja yang
diperbandingkan antara satu departemen dengan departemen lainnya. Gejala/tanda
yang paling umum dari adanya konflik adalah ketidakmampuan untuk mencapai
kerjasama antarindividu dan antarkelompok selama proses penyusunan budget.
Internal konflik menciptakan persaingan dan
permusuhan dalam lingkungan kerja. Konflik dapat menyebabkan orang untuk
terfokus khusus pada kebutuhan departemennya sendiri dari pada kebutuhan
organisasi secara menyeluruh. Situasi ini membuat congruence menjadi lebih
sulit, atau bisa jadi tidak mungkin, untuk dicapai. Hal itu
membangkitkan/menimbulkan kebencian pada
manajemen dan, selanjutnya, pada anggaran.
Untuk membuat segalanya bekerja dengan baik,
tekanan dapat diturunkan dan ditolak/dilawan oleh manajer tingkat bawah, yang
pada akhirnya mengakibatkan tekanan dan konflik yang lebih besar lagi.
Persaingan
ini dapat meningkat sementara kualitas kerja akan menurun. Untuk
mengurangi/ menghilangkan tekanan ini, kesalahan akan ditumpahkan pada
individu-individu atau kelompok tertentu. Hal ini berikutnya akan membuat
konflik yang lebih parah lagi antara individu dan organisasi.
Untuk mengakhiri rantai/lingkaran kemelut
ini, manajemen harus mengidentifikasi dan mendiagnosa penyebabnya. Selanjutnya
dilakukan kegiatan - kegiatan yang
dapat mengurangi/menghilangkan konflik
internal serta membangun keharmonisan dan hubungan kerja yang produktif.
4.
Other
Unwanted Side Effects
Anggaran dapat menghasilkan efek-efek samping
lainnya yang tidak diharapkan. Salah satunya adalah terbentuknya kelompok-kelompok (informal) kecil yang
menggagalkan pencapaian sasaran-sasaran anggaran. Kelompok-kelompok karyawan
ini pada awalnya dibentuk untuk memerangi konflik internal dan tekanan yang
muncul akibat adanya anggaran (Munandar, 2001: 97).
Tujuan mereka adalah untuk mengurangi
tekanan. Namun, tujuan mereka dapat berlawanan dengan tujuan organisasi, dan
akibatnya yang ditimbulkan dari aktivitas
mereka justru berlawanan dengan tujuan semula yaitu mengurangi tekanan
tersebut. Kelompok karyawan ini kadang-kadang melemparkan tanggung jawab pada
departemen lain,
mempertanyakan validitas data anggaran, dan mempengaruhi dengan cara-cara yang tidak
baik/perlu. Situasi ini menyulitkan
fungsi staff akuntansi untuk melaksanakan tugasnya secara efektif,
menciptakan suatu tekanan dalam iklim organisasi, dan mengganggu kegunaan
anggaran.
Anggaran umumnya dianggap sebagai alat
manajer untuk menekan. Orang akan merasa ditekan ketika top manajemen mencoba
meningkatkan efisiensi melalui pemberlakuan
output yang optimal dari input yang minimal. Sebenarnya tekanan
diperlukan, tetapi tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan frustasi,
kemarahan, dan penyakit-penyakit fisik yang diakibatkan oleh stress. Dalam
kaitannya dengan penyakit fisik akibat stress dalam pekerjaan berikut diberikan
ilustrasinya.
Tekanan anggaran paling parah dirasakan oleh
para supervisor yang bertanggung jawab atas tercapainya sasaran tertentu. Karena para supervisor umumnya tidak dapat
melemparkan tanggung jawab ini pada bawahannya, mereka melakukan berbagai
penyimpangan, salah satunya dengan cara mengubah proses pengukuran. Hal ini
dilakukan dengan cara memanipulasi dan atau membuat keputusan operasional yang
dapat meningkatkan kinerja tetapi dapat merugikan perusahaan dalam jangka panjang. Sebagai contoh, seorang
mandor dapat menunda kebutuhan pemeliharaan, membebankan beban tertentu pada
akun lain, atau mengendurkan anggaran untuk meningkatkan kinerjanya.
Anggaran juga dapat menekan inisiatif
individu dan inovasi-inovasi karena lebih memilih menggunakan metode-metode
usaha dengan kemungkinan keberhasilan
yang telah diketahui dari pada metode-metode baru dengan kesempatan sukses
belum pasti. Sehingga, individu-individu dalam organisasi umumnya kehilangan
semangat inovasi.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan proses
anggaran mengakibatkan perlunya pertimbangan-pertimbangan cermat yang
dibutuhkan untuk mendapatkan efek samping yang diharapkan. Untuk membuat
anggaran dapat berjalan semestinya, karyawan harus mengetahui fungsi /manfaat
anggaran sebagai alat positif untuk
melancarkan kegiatan organisasi. Daripada memandang anggaran sebagai suatu alat
keji yang menekan karyawan, lebih baik belajar untuk
menerima anggaran sebagai alat untuk membangun kesesuaian sasaran dan sebagai
standar kinerja yang memberikan keuntungan bagi seluruh anggota organisasi.
Paper
ini ditulis oleh Hanafi Mahasiswa Jurusan Perbankan Syari’ah IAIN Pontianak
angkatan 2017
DAFTAR PUSTAKA
Julita,
Budgeting, cet. I, Citapustaka,Bandung,
2010.
Munandar,
Budgeting, Perencanaan Kerja,
cet. II. Jakarta, 2001.
Mardiasmo,
Akuntansi Sektor Publik, Jakarta 2002
Made
Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, (Bumi Aksara, Jakarta:1992).
www.google.com/
jbptunikompp-gdl-nuckysnovi-26184-5-unikom_n-i
0 comments:
Post a Comment