BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Saat ini, perusahaan
besar maupun kecil cenderung mengeluarkan biaya yang cukup banyak untuk
melakukan promosi demi mempertahankan sebuah produk dan penguatan sebuah merek. Selain itu, demi
meningkatkan angka penjualan, perusahaan gencar melakukan promosi baik melalui
periklanan maupun
alat-alat komunikasi pemasaran lainnya seperti humas, pemasaran langsung, penjualan personal, dan promosi
penjualan, dalam memasarkan
produknya. Untuk itu, dibutuhkan
pendekatan baru dimana alat-alat komunikasi pemasaran bisa berjalan efektif dan
terintegrasi. Salah satunya dengan cara melakukan komunikasi pemasaran terpadu atau Integrated
Marketing Communicationss (IMC).
Komunikasi pemasaran terpadu adalah kegiatan yang berupaya memadukan antara
periklanan dengan alat-alat komunikasi
pemasaran lainnya seperti humas, pemasaran langsung, promosi penjualan serta
event sponsorship untuk bisa bekerja bersama-sama (Kotler & Armstrong,
2001, hal. 138).
Berdasarkan konsep
komunikasi pemasaran terpadu, perusahaan secara seksama memadukan dan
mengkoordinasikan semua bauran pemasaran untuk menyampaikan pesan yang jelas,
konsisten, dan berpengaruh kuat. Komunikasi pemasaran
terpadu membentuk identitas merek yang kuat dengan mengikat bersama serta
memperkuat citra dan pesan yang ingin disampaikan perusahaan. Selain itu,
komunikasi pemasaran terpadu yang dilakukan dapat menghasilkan konsistensi
komunikasi yang lebih baik, anggaran komunikasi yang lebih efektif, dan dampak
penjualan yang lebih besar.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana penyusunan program komunikasi pemasaran terpadu
?
C.
Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui penyusunan program komunikasi
pemasaran terpadu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)
Perusahaan di masa lalu sering menganggap elemen komunikasi sebagai
aktivitas yang terpisah dari pemasaran, sedangkan filosofi pemasaran saat ini
menekankan pentingnya keterpaduan keduanya untuk meraih sukses, seperti yang
diringkaskan dengan jelas pada kutipan di bawah ini:
“Pemasar yang sukses
dalam lingkungan baru adalah orang yang mengkoordinasikan bauran komunikasi
secara ketat, sehingga dapat dilihat dari media (periklanan) yang satu ke media
yang lainnya, dari program event yang satu ke program event lainnya, dan secara
instan dapat melihat bahwa merek tersebut berbicara satu suara. Alasan mendasar
dari komunikasi pemasaran terpadu ini adalah bahwa komunikasi pemasaran akan
menjadi satu-satunya keunggulan
kompetitif yang terus berlanjut dari suatu organisasi pemasaran di tahun
1990-an memasuki abad 21.” (Shimp, 2003, hal. 23).
Berikut definisi IMC
yang dikembangkan oleh anggota dewan pengajar komunikasi pemasaran di Medill
School Universitas Nortwestern, yang dimuat oleh Don E. Scultz (1993), dalam buku
”Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu” adalah
sebagai berikut:
“IMC adalah proses
pengembangan dan
implementasi berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara berkelanjutan. Adapun tujuannya
adalah mempengaruhi atau
memberikan efek langsung kepada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya
yakni pelanggan. IMC menganggap seluruh sumber yang dapat menghubungkan
pelanggan atau calon dengan produk atau jasa dari suatu merek atau perusahaan, adalah jalur yang potensial untuk menyampaikan pesan di masa datang.
Dengan kata lain, proses IMC berawal dari pelanggan atau calon pelanggan
kemudian berbalik kepada perusahaan
untuk menentukan bentuk dan metode yang digunakan dan dikembangkan bagi program
komunikasi yang dijalankannya”. (Ibid, hal. 24).
Sedangkan definisi
IMC menurut American Association of Advertising Agencies
dalam buku Integrated ”Marketing
Communications” adalah:
”Sebuah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang memberikan nilai tambah
terhadap suatu perencanaan yang mendalam dengan cara melakukan evaluasi
terhadap peran strategis dari berbagai macam ilmu komunikasi dan
mengkombinasikannya untuk menghasilkan keakuratan, konsistensi, dan efek
komunikasi secara maksimal melalui integrasi dari pesan-pesan yang terpisah”
(Sulaksana, hal. 30).
Sementara itu, Philip
Kotler dan Gary Armstrong mengartikan IMC sebagai konsep di mana suatu
perusahaan secara hati-hati mengintegrasikan dan mengkoordinasikan saluran
komunikasinya yang banyak untuk menyampaikan pesan yang jelas, konsisten, dan
meyakinkan mengenai perusahaan dan produknya (Kotler & Armstrong, 2001,
hal. 138).
Definisi tersebut
menunjukkan lima ciri yang melekat pada filosofi dan aplikasi dari komunikasi
pemasaran terpadu Adapun ciri-ciri utama dari IMC adalah sebagai berikut:
a.
Mempengaruhi Perilaku. Tujuan IMC
adalah untuk mempengaruhi perilaku khalayak sasaran. Komunikasi pemasaran
disini harus dilakukan lebih dari sekedar mempengaruhi kesadaran merek atau
memperbaiki perilaku konsumen terhadap merek. Dengan kata lain, tujuannya
adalah untuk menggerakkan orang untuk bertindak.
b.
Berawal dari pelanggan dan calon
pelanggan. Ciri ini diawali dari pelanggan atau calon pelanggan, kemudian
berbalik kepada komunikator merek untuk menentukan metode yang paling tepat dan
efektif dalam mengembangkan komunikasi persuasif.
c.
Menggunakan seluruh bentuk “kontak”.
Ciri ketiga ini adalah menggunakan seluruh bentuk komunikasi dan seluruh kontak
yang menghubungkan merek sebagai jalur penyampaian pesan yang potensial.
d.
Menciptakan sinergi. Semua elemen
komunikasi temasuk iklan, tempat pembelian, promosi pembelian, event, dan
lain-lain, harus berbicara dengan satu suara. Artinya, koordinasi merupakan hal
yang amat penting untuk menghasilkan citra merek yang kuat dan utuh serta
membuat konsumen melakukan aksi.
e.
Menjalin hubungan. Ciri yang terakhir
ini adalah kepercayaan bahwa pemasaran yang sukses membutuhkan terjalinnya
hubungan antara merek dengan pelanggannya. Menjalin hubungan yang baik sangat diperlukan oleh perusahaan guna
mempertahankan pelanggan.
Menurut De Lozier
dalam buku “Dasar-Dasar Pemasaran”, komunikasi pemasaran terpadu perlu diterapkan mulai dari
tataran bauran pemasaran (4P) yaitu komunikasi produk, komunikasi harga,
komunikasi tempat (distribusi), dan komunikasi promosi (Kotler &Armstrong,2004,
hal. 604).
a.
Komunikasi produk. Produk merupakan
simbol yang memberikan isyarat-isyarat komunikasi yang penting kepada konsumen. Melalui
simbol-simbolnya, produk mengkomunikasikan makna-makna dan membantu konsumen
dalam mengekspresikan gaya hidupnya. Produk yang baik adalah produk yang dapat
mengkomunikasikan dirinya sendiri, siapa pembuatnya, dan untuk siapa produk
itudibuat. Produk yang baik adalah produk yang mampu mendeskripsikan dirinya
sendiri sebagai silence salesman. Komunikasi produk diwujudkan melalui
komponen-komponen seperti nama merek, kemasan, desain kemasan, warna kemasan,
ukuran, bentuk, merek dagang, dan berbagai aspek fisik.
b.
Komunikasi harga. Harga sebuah produk
bukan semata-mata rasio pertukaran yaitu sejumlah uang yang dibayarkan oleh
pembeli kepada penjualan untuk sebuah produk melainkan upaya representasi
produk.
c.
Komunikasi tempat menjelaskan bahwa
tempat (retail store) bukan
semata-mata saluran distribusi dimana sebuah produk ditempatkan agar mudah
dijangkau konsumen. Tempat penjualan merupakan representasi dari persepsi
konsumen terhadap cita rasa, image, dan status konsumen. Strategi komunikasi pemasaran dalam
mempengaruhi persepsi konsumen terhadap tempat penjualan adalah dengan
membangun visual storemerchandising yaitu perangkat toko yang bersimbolkan khas sesuai dengan
produk yang dijual.
d.
Komunikasi promosi merupakan upaya
terintegrasi dalam mempengaruhi konsumen agar berpartisipasi dalam proses
pertukaran yang ditawarkan melalui alat-alat promosi. Fokus pembahasan tentang komunikasi pemasaran terpadu hanya pada satu
elemen dari bauran pemasaran (4P) yaitu promosi. Sebelum melakukan komunikasi
pemasaran terpadu, pemasar perlu mengkombinasikan terlebih dahulu bauran
pemasaran yakni produk, harga, distribusi dan promosi. Bagaimanapun juga,
bauran pemasaran harus berpadu secara sinergis dengan ketiga elemen lainnya
agar kesuksesan dalam promosi dapat tercapai.
Kotler &
Armstrong, menyatakan bahwa komunikasi pemasaran terpadu (Integrated Marketing
Communications) yang
biasa disebut bauran promosi (marketing mix) sebuah perusahaan terdiri dari perpaduan khusus antara
pemasangan iklan, penjualan personal, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung yang
digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasangan iklan dan
pemasaran. Adapun definisi dari masing-masing alat bauran promosi tersebut
adalah sebagai berikut (Ibid, hal. 600-601):
a.
Periklanan (advertising): Segala biaya
yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi
nonpersonal dalam bentuk gagasan, barang, atau jasa. Contoh: Iklan media cetak,
iklan media elektronik, brosur, buklet, poster, leaflet, billboard, dan lain-lain.
b.
Promosi penjualan (sales promotion):
Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu
produk atau jasa. Contoh: Kupon, hadiah, diskon, produk sample, pameran dagang,
games, dan lain-lain.
c.
Hubungan masyarakat dan publisitas
(public relations & publicity): Membangun hubungan baik dengan public terkait untuk memperoleh dukungan, membangun
“citra perusahaan” yang baik, dan menangani atau mengklarifikasi isu, cerita,
dan peristiwa yang dapat merugikan. Sedangkan publisitas adalah stimulasi
nonpersonal terhadap permintaan barang, jasa, ide, dan sebagainya dengan berita
komersial yang berarti dalam media massa, dan tidak berbayar untuk
mempromosikan dan untuk melindungi citra perusahaan atau produknya. Contoh:
Seminar, press release, sponsorship, majalah perusahaan, events, lobbying, dan
lain-lain.
d.
Penjualan personal (personal selling):
Interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih untuk melakukan
presentasi dalam rangka mensukseskan penjualan dan membangun hubungan dengan
pelanggan. Contoh: Presentasi penjualan, pameran dagang, dan program insentif.
e.
Pemasaran langsung (direct marketing):
Komunikasi langsung dengan sejumlah konsumen sasaran untuk memperoleh tanggapan
langsung. Contoh: Katalog, surat, telemarketing, fax mail, internet, dan lain-lain. Dalam konsep
komunikasi pemasaran terpadu, perusahaan secara hati-hati memadukan dan
mengkoordinasikan semua saluran komunikasinya dimulai dari pemasangan iklan di
media massa, promosi penjualan, humas dan publisitas, penjulan personal, dan
pemasaran langsung, untuk menyampaikan pesan yang jelas, konsisten, dan saling
mendukung antara perusahaan dengan produknya.
B.
Strategi Komunikasi
Pemasaran Terpadu
Pada bagian inilah
penulis akan menjelaskan mengenai strategi komunikasi pemasaran terpadu.
Strategi merupakan rencana cermat dan sistematis mengenai suatu kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus. Strategi komunikasi pemasaran terpadu ini terbagi
menjadi tiga aktivitas utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program komunikasi pemasaran terpadu. Dari tiga aktivitas komunikasi pemasaran
terpadu tersebut masing-masing terdapat elemen yang akan dijelaskan sebagai
berikut:
a.
Perencanaan
Komunikasi Pemasaran Terpadu
Komunikasi
pemasaran terpadu diawali dengan pengembangan dari perencanaan bauran pemasaran
yang merupakan dasar dari perancangan keseluruhan komunikasi pemasaran terpadu. Selanjutnya, akan
dibahas langkah-langkah perencanaan komunikasi pemasaran terpadu sebagai
berikut:
1.
Menganalisis Situasi Sebelum menentukan
tujuan-tujuan pemasaran yang ingin dicapai, hendaknya perusahaan menganalisis
SWOT (Strength/ kekuatan perusahaan, Weakness/kelemahan perusahaan,
Opportunity/peluang bisnis, Threat/hambatan untuk mencapai tujuan).
Penjelasannya adalah sebagai berikut (Siswanto & Kleinsteuber, 2002, hal.
8);
2.
Strength & Weakness merupakan kekuatan dan kelemahan.
Kekuatan merupakan faktor pendukung tercapainya tujuan usaha. Sedangkan
kelemahan perusahaan dapat menjadi penghambat.
3.
Opportunity merupakan peluang bisnis yang ada di
luar perusahaan. Pertumbuhan atau perubahan kehidupan masyarakat sekitar sering
kali memunculkan peluang yang menjanjikan kepada perusahaan yang dapat
menangkap peluang tersebut.
4.
Threatmerupakan berbagai macam hambatan
untuk mencapai tujuan. Perkembangan lingkungan bisnis yang kurang
menguntungkan, misalnya krisis ekonomi
atau munculnya pesaing-pesaing produk dapat menjadi penghambat perusahaan untuk
mencapai tujuan.
b.
Mengidentifikasi Khalayak Sasaran
Seorang pemasar perlu mengidentifikasi
khalayak sasaran yang mungkin adalah calon pembeli potensial atau para pengguna
yang ada sekarang, orang yang membuat keputusan membeli atau orang yang
mempengaruhi pembelian. Khalayak tersebut adalah para individu, kelompok,
publik/ masyarakat khusus atau umum. Khalayak sasaran akan sangat mempengaruhi
keputusan-keputusan pemasar tentang apa yang akan disampaikan, bagaimana hal
itu disampaikan, kapan itu disampaikan, dimana itu disampaikan, dan siapa yang
menyampaikannya (Kotler & Armstrong, 2001, hal.115).
Dalam
mengidentifikasi khalayak sasaran diperlukan tiga hal; Pertama, segmentasi
pasar (segmenting) adalah suatu strategi untuk memahami struktur pasar dengan
cara mengelompokkan pembeli aktual maupun potensial yang berbeda, yang mungkin
membutuhkan produk atau bauran pemasaran
tersendiri. Kedua, dilakukan penentuan pasar sasaran (targeting) guna memilih satu atau lebih segmen
pasar yang akan dilayani. Ketiga, setelah dilakukan penentuan pasar sasaran
maka langkah selanjutnya adalah penentuan posisi pasar (positioning), yaitu
membentuk dan mengkomunikasikan manfaat utama yang membedakan produk dalam
pasar (Kasali, 1998, hal. 388).
c.
Menentukan Tujuan Komunikasi Pemasaran
Penentuan tujuan komunikasi pemasaran
adalah hal yang fundamental sebelumpelaksanaannya.
Hal ini bertujuan untuk selalu menjaga konsistensi pelaksanaan komunikasi
pemasaran agar selalu di dalam satu koridor dengan tujuan awal. Dalam hal
komunikasi pemasaran, komunikasi bertujuan untuk membangkitkan keinginan untuk
membeli produk. Tetapi pembelian adalah hasil dari proses panjang pembuatan
konsumen. Komunikator pemasaran perlu mengetahui di posisi mana khalayak
sasaran berada dan sampai ke tahap mana khalayak perlu digerakkan (Op.cit, hal.
116).
d.
Menetapkan Anggaran Komunikasi
Pemasaran
Salah satu keputusan tersulit yang
dihadapi oleh perusahaan adalah berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan komunikasi pemasaran. Dalam memutuskan besarnya anggaran komunikasi
pemasaran total, terdapat empat metode umum yang dapat digunakan (Kotler &
Armstrong, 2001, hal. 125-127), yaitu:
1.
Metode sesuai dengan kemampuan (afford
able method): Metode yang menetapkan anggaran promosi pada level yang dianggap
oleh manajemen mampu dikeluarkan oleh perusahaan.
2.
Metode persentase dari penjualan
(percentage of sales budgeting method): Metode yang menetapkan anggaran promosi
pada persentase tertentu dari penjualan sekarang atau yang diperkirakan.
3.
Metode menyamai pesaing (competitive
parity method): metode yang menyamakan anggaran promosi perusahaan dengan
anggaran pesaing.
4.
Metode tujuan dan tugas (objective and
task method): metode yang digunakan di mana perusahaan menetapkan anggaran
promosi berdasarkan apa yang ingin dicapai.
Menentukan anggaran komunikasi pemasaran total, perusahaan kini harus
memutuskan pembagian anggaran tersebut ke alat-alat promosi yang utama yaitu
periklanan, penjualan pribadi,
promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung (direct
marketing). Konsep IMC menganjurkan bahwa perusahaan harus mengkombinasikan
alat-alat promosi secara
seksama kedalam sebuah bauran komunikasi pemasaran yang terkoordinasi dengan baik.
e.
Mengembangkan Program Komunikasi
Pemasaran
Mengembangkan program komunikasi
pemasaran terpadu adalah langkah perencanaan komunikasi pemasaran yang paling
berpengaruh. Tiap-tiap alat komunikasi pemasaran memiliki masing-masing
kelebihan dan kekurangan. Dalam tahap ini akan diputuskan alat-alat komunikasi pemasaran apa saja yang akan
digunakan, berdasarkan peranannya masing-masing dan koordinasinya antar elemen
komunikasi pemasaran terpadu tersebut (Belch & Belch, 2001,hal. 31).
Adapun pengembangan program komunikasi
pemasaran terpadu ini terdiri atas (Kotler & Armstrong, 2004, hal.
614-625):
1.
Merancang pesan. Penggunaan visual dan
pesan yang tepat merupakan syarat utama keberhasilan dari sebuah program
promosi. Idealnya, pesan disusun untuk memperoleh kesadaran atas keberadaan
sebuah produk atau jasa (awareness), menumbuhkan sebuah keinginan untuk memiliki atau mendapatkan
produk (interest), sampai
dengan mempertahankan loyalitas pelanggan (loyalty). Dalam kajian komunikasi, tahapan
tersebut dikenal dengan rumus AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decission,
and Action). Dalam
membentuk pesan yang konsisten, komunikator pemasaran harus merancang apa yang
akan dikatakan (isi pesan) dan bagaimana mengatakan isi pesan tersebut (struktur
dan format pesan).
2.
Memilih media. Komunikator harus
memilih media untuk melakukan komunikasi pemasaran. Ada tiga jenis luas media
komunikasi, yaitu media massa, media kelompok, dan media personal. Media massa
mencakup media cetak (surat kabar, majalah, dan surat langsung), media siaran
(radio dan TV), dan media pajangan (papan reklame, poster, dan billboard).
Media kelompok merupakan komunitas yang memang dipilih oleh perusahaan sebagai
sasaran potensial untuk menyampaikan komunikasi pemasaran.
Sedangkan, media personal terbagi menjadi dua jenis. Pertama, yang dikendalikan
secara langsung oleh perusahaan, yaitu tenaga pemasaran yang memang diutus oleh
perusahaan untuk menyampaikan komunikasi pemasaran kepada orang-orang yang
telah dipilih perusahaan.
Kedua, yang tidak dikendalikan adalah komunikasi dari mulut ke mulut atau
sering disebut dengan words of mouth (WOM). Saluran WOM ini mempunyai dampak yang besar pada berbagai produk.
3.
Menelaah sifat masing-masing alat
komunikasi pemasaran (periklanan, promosi penjualan, humas dan publisitas,
penjualan personal, dan pemasaran langsung). Masing-masing alat komunikasi
pemasaran tersebut mempunyai keunikan karakteristik dan biaya. Para pemasar
harus memahami karakteristik-karakteristik tersebut dalam memilih alat-alat
komunikasi pemasaran.
Adapun pengembangan program komunikasi pemasaran
terpadu
ini terdiri atas (Kotler & Armstrong, 2004, hal. 614-625):
1.
Merancang pesan. Penggunaan visual dan
pesan yang tepat merupakan syarat utama keberhasilan dari sebuah program
promosi. Idealnya, pesan disusun untuk memperoleh kesadaran atas keberadaan
sebuah produk atau jasa (awareness), menumbuhkan sebuah keinginan untuk memiliki atau mendapatkan
produk (interest), sampai
dengan mempertahankan loyalitas pelanggan (loyalty). Dalam kajian komunikasi, tahapan
tersebut dikenal dengan rumus AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decission,
and Action). Dalam
membentuk pesan yang konsisten, komunikator pemasaran harus merancang apa yang
akan dikatakan (isi pesan) dan bagaimana mengatakan isi pesan tersebut
(struktur dan format pesan).
2.
Memilih media. Komunikator harus
memilih media untuk melakukan komunikasi pemasaran. Ada tiga jenis luas media
komunikasi, yaitu media massa, media kelompok, dan media personal. Media massa
mencakup media cetak (surat kabar, majalah, dan surat langsung), media siaran (radio
dan TV), dan media pajangan (papan reklame, poster, dan billboard). Media
kelompok merupakan komunitas yang memang dipilih oleh perusahaan sebagai
sasaran potensial untuk menyampaikan komunikasi pemasaran. Sedangkan, media
personal terbagi menjadi dua jenis. Pertama, yang dikendalikan secara langsung
oleh perusahaan, yaitu tenaga pemasaran yang memang diutus oleh perusahaan
untuk menyampaikan komunikasi pemasaran kepada orang-orang yang telah dipilih
perusahaan. Kedua, yang tidak dikendalikan adalah komunikasi dari mulut ke
mulut atau sering disebut dengan words of mouth (WOM). Saluran WOM ini mempunyai dampak yang besar pada
berbagai produk.
3.
Menelaah sifat masing-masing alat
komunikasi pemasaran (periklanan, promosi penjualan, humas dan publisitas, penjualan
personal, dan pemasaran langsung). Masing-masing alat komunikasi pemasaran
tersebut mempunyai keunikan karakteristik dan biaya. Para pemasar harus
memahami karakteristik-karakteristik tersebut dalam memilih alat-alat
komunikasi pemasaran. Berikut penjabaran tentang karakteristik alat-alat
komunikasi pemasaran:
1)
Periklanan
Pemasangan
iklan dapat menjangkau target pasar dan target audiens yang secara geografis tersebar
dengan biaya perpaparan yang rendah dan pemasangan iklan memungkinkan penjual
mengulangi pesan beberapa kali. Selain itu, pemasangan iklan dalam skala besar membentuk persepsi yang
positif di benak audiens tentang ukuran, popularitas, dan kesuksesan penjual.
Kemudian sifatnya yang meyakinkan membuat khalayak cenderung memandang
produk-produk yang diiklankan sebagai produk yang lebih pantas dipilih.
Pemasangan iklan juga mempunyai pengaruh yang kuat karena iklan memungkinkan
perusahaan untuk mendramatisasi produk-produknya melalui penggunaan citra
visual, cetak, suara, dan warna yang cerdik. Namun, pemasangan iklan juga
mempunyai kekurangan. Meskipun pemasangan iklan menjangkau banyak orang dengan
cepat, pemasangan iklan sifatnya inpersonal dan tidak dapat secara sepersuasif
seperti tenaga penjualan. Selain itu, pemasangan iklan dapat sangat mahal,
khususnya untuk pemasangan iklan di jaringan televisi.
2)
Promosi penjualan
Promosi
penjualan mencakup sekumpulan besar alat-alat promosi yang keseluruhannya memiliki ciri khas masing-masing.
Promosi penjualan mampu menarik perhatian konsumen karena menawarkan
insentif-insentif yang kuat untuk mendorong pembelian. Akan tetapi, dampak
promosi penjualan seringkali hanya berlangsung singkat dan tidak seefektif
pemasangan iklan serta penjualan personal untuk membangun preferensi merek
dalam jangka panjang.
3)
Hubungan masyarakat
dan publisitas
Hubungan
masyarakat dan publisitas dapat sangat dipercaya. Dalam hal ini, jurnalis,
press release, dan event tampak
lebih nyata dan lebih dipercaya bagi audiens daripada iklan. Humas melalui
publisitas dapat juga menjangkau banyak calon konsumen yang menghindari sales
agent dan iklan karena
pesan yang disampaikan kepada calon konsumen lebih sebagai ”berita” bukannya
sebagai komunikasi yang ditujukan untuk menghasilkan penjualan. Namun, para
pemasar cenderung kurang memanfaatkan hubungan masyarakat dan publisitas
sebagai upaya komunikasi pemasaran. Padahal, jika kampanye hubungan masyarakat
dan publisitas direncanakan dengan matang dan dikombinasikan dengan
elemen-elemen komunikasi pemasaran lainnya, akan sangat efektif dan ekonomis.
4)
Penjualan personal
Penjualan
personal adalah alat yang paling efektif pada tahap-tahap tertentu dari proses membeli, khususnya dalam membangun
preferensi, keyakinan, dan tindakan para pembeli. Penjualan personal melibatkan
interaksi personal antara dua orang atau lebih. Penjualan personal juga
memungkinkan semua jenis hubungan bermunculan, yang berawal dari hubungan
penjualan hingga persahabatan. Tenaga penjualan yang efektif selalu berupaya
untuk membangun hubungan jangka panjang. Namun, penjualan tipe ini menimbulkan
masalah biaya. Hal ini tampak pada kegiatan sales call yang cenderung tinggi, tetapi terkadang
tidak memperoleh hasil yang memuaskan atau sebanding dengan biaya yang
dikeluarkan.
5)
Pemasaran langsung
Pemasaran
langsung bersifat nonpublic, yaitu pesan yang biasanya disampaikan langsung ke
satu orang tertentu. Pemasaran langsung bersifat segera (immediate) dan memenuhi kebutuhan tertentu
(customized), yaitu
pesan dapat dipersiapkan dengan sangat cepat dan dapat disesuaikan untuk
menarik calon konsumen tertentu. Terakhir, pemasaran langsung bersifat
interaktif karena alat-alat pemasaran langsung memungkinkan adanya dialog
antara pemasar dan konsumen. Dengan demikian, pemasaran langsung sangat cocok
dengan upaya pemasaran yang sasarannya sangat sempit dan untuk membangun
one-to-one marketing. Menentukan berbagai strategi komunikasi
pemasaran. Pemasar dapat memilih dari dua strategi bauran komunikasi pemasaran
dasar, yaitu metode push strategy dan pull strategy kaitannya dengan sasaran yang dituju. Push strategy adalah aktifitas promosi produsen
kepada perantara (penjualan personal dan trade promotion), dengan tujuan agar
perantara memesan, kemudian menjual, serta mempromosikan produk kepada konsumen
akhir. Sedangkan pull strategyyaitu aktifitas promosi produsen kepada konsumen
akhir dengan tujuan agar mereka mencari produk pada para perantara yang
kemudian konsumen akhir memesan produk tersebut. (Sulaksana, 2003, hal.172). Mengintegrasikan
bauran komunikasi pemasaran. Setelah menetapkan biaya dan bauran komunikasi
pemasaran, perusahaan kemudian harus mengambil langkah-langkah untuk memastikan
bahwa semua unsur-unsur bauran komunikasi pemasaran sudah terintegrasi dengan
baik (Gonring, 1994, hal.45-48).
f.
Pelaksanaan
Komunikasi Pemasaran Terpadu
Setelah melakukan perencanaan
komunikasi pemasaran yang matang dan strategis, kemudian perusahaan
mengkomunikasikan konsep pemasaran kepada konsumen secara kolektif yang disebut
bauran komunikasi pemasaran (marketing
communication mix) yang terdiri dari periklanan, promosi penjualan, humasdan
publikasi, penjualan personal, dan pemasaran langsung.
1.
Perikalanan
Periklanan adalah bentuk
komunikasi yang dibayar dan bersifat non-personal. Dalam iklan terjadi proses identifikasi sponsor yang
berupaya membujuk dan mempengaruhi konsumen. Periklanan memerlukan elemen media
massa sebagai sarana untuk menyampaikan pesan kepada audiens sasaran dalam hal
ini adalah konsumen (Setiadi, 2003, hal. 252).
Terdapat tiga tujuan utama
dari periklanan, yaitu menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen
akan suatu produk. Pada periklanan informatif, berarti pemasar harus merancang
iklan sedemikian rupa agar hal-hal penting mengenai produk bisa disampaikan
dalam pesan iklan. Sedangkan dalam iklan yang bersifat membujuk biasanya
disajikan dalam pesan-pesan iklan perbandingan (comparative advertising).
Pemasar berusaha membandingkan kelebihan produk yang ditawarkan dengan produk
yang lain. Untuk tujuan yang ketiga, yaitu mengingatkan, biasanya digunakan
untuk produk-produk yang cukup dikenal oleh konsumen dan mempunyai kelompok
konsumen tertentu (Ibid, hal. 253).
Media penyampai pesan
memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Tanpa media, pesan tidak akan
sampai kepada kelompok audiens yang diinginkan. Oleh karena itu, memilih media yang
tepat akan sangat menentukan apakah pesan yang ingin disampaikan kelompok
sasaran akan sampai atau tidak.
Pemilihan media iklan harus didasarkan pada tujuan
penyampaian pesan.
1)
Pemasar harus menentukan sikap target
audiens yang akan dituju. Misalnya, berdasarkan kelompok geografis, demografis
seperti umur, pendidikan, dan lain-lain.
2)
Pemasar perlu melihat kapan iklan akan
ditayangkan atau disampaikan kepada target audiens.
3)
Durasi tayangan iklan.
Pemilihan media untuk penyampai pesan
memerlukan banyak pertimbangan. Pemilihan media bisa didasarkan atas
keterlibatan konsumen dalam proses pembelian terhadap produk yang ditawarkan, kelompok
pendengar radio, penonton televisi, pembaca surat kabar, pembaca majalah,
jangkauan media, dan biaya. Dari masing-masing media tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan, yaitu:
Media
|
Keunggulan
|
Keterbatasan
|
Surat kabar
|
Fleksibilitas, tepat waktu, mampu menangkap pasar lokal dengan
baik, jangkauan penerimaan yang luas,
tingkat kepercayaan tinggi.
|
Umur informasi pendek, kualitas
gambar dan cetakan kurang
bagus, sedikit audiens yang
meneruskan informasi.
|
Televisi
|
Informasi bisa dilihat, didengar,
dan gambar yang bergerak.
Menarik untuk ditonton, perhatian
tinggi, dan jangkauan yang luas.
|
Biaya tinggi, tingkat pemaparan
yang cepat berlalu dan audiens
kurang mempunyai daya seleksi.
|
Radio
|
Mempunyai banyak pendengar,
selektifitas geografi dan
demografi yang tinggi, biaya
rendah.
|
Audiens hanya mendengar,
perhatian yang lebih rendah
dibandingkan televisi,
pemaparan yang cepat berlalu.
|
Majalah
|
ektifitas geografi dan demografi yang
tinggi, prestise dan kredibilitas, hasil cetakan berkualitas tinggi, berumur
panjang, jumlah pembaca yang
meneruskan informasi cukup
baik.
|
Waktu tunggu lama, waktu
sirkulasi terbuang, tidak aa
jaminan posisi yang lebih baik.
|
Direct mail
|
Memiliki selektifitas audiens,
tidak ada iklan pesaing dalam
media yang sama, bersifat pribadi.
|
Biaya relatif tinggi, kesan/ citra
surat sampah.
|
Dalam
memasang iklan, pemasar bisa melakukannya sendiri (in-house) atau membiayai
biro iklan untuk menjalankan tugas pemasangan iklan. Biro iklan adalah
perusahaan jasa pemasaran yang membantu dalam merencanakan, mempersiapkan,
menerapkan, dan mengevaluasi semua atau bagian-bagian dari program pemasangan
iklan produk suatu perusahaan (Kotler & Armstrong, 2004, hal. 653).
Setelah
menentukan tujuan periklanannya, pemasar kemudian dapat menetapkan anggaran
periklanan untuk setiap produk. Ada empat metode yang biasa
digunakan untuk menetapkan
anggaran periklanan, yaitu (Kotler & Armstrong, 2001, hal. 156):
1)
Tahapan di dalam daur hidup produk:
Produk baru biasanya membutuhkan anggaran iklan yang besar untuk membangun
kesadaran dan mendorong konsumen agar mencoba. Sedangkan untuk merek yang sudah
matang diperlukan anggaran yang lebih rendah dilihat dari rasionya terhadap
penjualan.
2)
Pangsa pasar: Membangun pasar atau
merebut pangsa pasar dari pesaing memerlukan pengeluaran iklan yang lebih
tinggi dibandingkan sekedar mempertahankan pangsa pasar yang sudah dikuasai.
3)
Persaingan dan kesemrawutan: Suatu
merek harus lebih sering diiklankan jika banyak pesaing mengeluarkan iklan yang
tinggi.
4)
Frekuensi periklanan: Bila diperlukan
banyak pengulangan untuk menampilkan pesan suatu merek, maka merek itu harus
diiklankan lebih sering agar dapat mengatasi noiseyang kemungkinan terjadi.
5)
Differensiasi produk: Jika produk yang
ditawarkan berbeda dari pesaing, iklan dapat digunakan untuk menunjukkan
perbedaan-perbedaan tersebut kepada konsumen.
Menetapkan anggaran
iklan bukanlah tugas yang mudah. Untuk itu, pemasar harus paham dan mengerti
berapa banyak anggaran yang dikeluarkan agar sesuai dengan kebutuhan iklan pada
saat itu juga.
2.
Promosi Penjualan
Secara luas, promosi penjualan dapat
didefinisikan sebagai bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai
insentif, umumnya berjangka pendek, yang dapat diatur untuk merangsang
pembelian produk dengan segera atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli
konsumen atau pedagang (Sulaksana, 2003, hal. 109).
Promosi penjualan bertujuan untuk
memperkenalkan produk baru, dan juga membangun merek dengan penguatan pesan
iklan dan citra perusahaan. Selain itu promosi penjualan dapat mendorong
konsumen dengan segera untuk melakukan
pembelian (Setiadi, 2003, hal. 257). Ada tiga variasi dalam menggunakan elemen
promosi penjualan yaitu; promosi konsumen, promosi dagang, dan promosi bisnis.
Berikut alat-alat yang digunakan pada promosi penjualan:
1)
Alat promosi-konsumen: Sampel , kupon,
pengembalian uang cash (cash refund), paket harga, hadiah-hadiah, barang iklan,
penghargaan atas kesetiaan, display dan peragaan point-of-purchase, serta
kontes, undian dan games.
2)
Alat promosi-dagang: Diskon dan
keringanan (uang promosi yang dibayarkan perusahaan kepada pengecer).
3)
Alat promosi-bisnis: Pameran dagang dan
kontes penjualan.
Setelah menentukan alat-alat promosi penjualan apa saja yang
akan digunakan, pemasar harus memutuskan tentang ukuran insentif, syarat-syarat
keikutsertaan, dan lamanya masa promosi penjualan. Pemasar juga harus memikirkan cara mempromosikan
dan mendistribusikan program promosi
itu sendiri. Terakhir,
mengevaluasi program promosi penjualan. Metode yang umum digunakan adalah
membandingkan penjualan sebelum, selama, dan setelah promosi. Selain itu, dapat
juga dievaluasi melalui eksperimen yang mengubah-ubah beberapa faktor seperti nilai insentif,
lama promosi, dan metode distribusinya (Kotler & Armstrong, 2004, hal.
667).
3.
Hubungan Masyarakat dan Publisitas
Belakangan ini pentingnya fungsi
hubungan masyarakat (public relations) sudah diakui banyak perusahaan, karena itu perusahaan yang
bijak akan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengelola hubungannya dengan
unsur-unsur penting dalam masyarakat. Humas adalah komunikasi dua arah antara
organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan
tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama dan pemenuhan kepentingan
bersama (Effendy,
1998, hal. 23). Humas merupakan upaya menjalin hubungan baik dengan berbagai
masyarakat di sekitar perusahaan dengan mendapatkan publisitas yang
menguntungkan, memupuk ”citra perusahaan” yang baik, dan menangani atau meredam
rumor, cerita dan peristiwa yang merugikan (Kotler & Armstrong, 2001, hal. 181).
Sedangkan publisitas adalah pemuatan
berita di media massa tentang perusahaan, produk, pegawai, dan berbagai
kegiatannya pemuatan berita dalam publikasi ini tidak dipungut biaya (Buchari,
2000, hal.188). Publisitas adalah periklanan bebas, maksudnya adalah
penyampaian informasi melalui media
yang tanpa pembiayaan dan tanpa pengawasan dari sponsor. Dalam periklanan untuk
mempromosikan suatu produk, ide maupun jasa, memerlukan pembiayaan, tetapi
tidak demikian dengan publisitas. Publisitas adalah sejumlah informasi tentang
seseorang, produk, atau organisasi yang disebarluaskan ke masyarakat melalui
media massa tanpa dipungut biaya atau pengawasan dari sponsor (Ibid, hal. 189).
Humas memiliki khalayak sasaran yang
disebut stakeholders, yang dibagi berdasarkan fungsi humas berikut ini (Op.cit.
hal. 181):
1)
Hubungan pers atau aktivitas pers:
Menciptakan dan menempatkan informasi bernilai berita dalam media untuk menarik
perhatian terhadap orang, produk, atau jasa.
2)
Publisitas produk: Mempublikasikan
produk tertentu.
3)
Kegiatan masyarakat: Memupuk dan
mempertahankan hubungan komunitas nasional dan lokal.
4)
Melobi: Membangun dan mempertahankan
dengan anggota lembaga legislatif dan pejabat pemerintah untuk mempengaruhi peraturan dan
undang-undang.
5)
Hubungan investor: Mempertahankan
hubungan dengan pemegang saham dan pihak lain dalam komunitas keuangan.
6)
Pengembangan: Hubungan masyarakat
dengan donor atau anggota organisasi nirlaba untuk memperoleh dukungan
finansial atau sukarela.
Humas dan publisitas dapat membawa
dampak yang kuat terhadap kesadaran publik dengan biaya yang jauh lebih ringan
daripada iklan. Publisitas memanfaatkan hubungan dengan pers, yaitu dengan
menyebarkan informasi dan mengelola event. Pemuatan berita di media massa yang
efektif dapat membantu perusahaan untuk mencapai kelompok sasaran apapun dan
akan mempunyai kredibilitas yang tinggi daripada pemasangan iklan.
Saat ini, banyak perusahaan yang memanfaatkan aktivitas humas untuk
mengelola semua aktivitas dengan pandangan ke arah pemasaran dan meningkatkan
laba perusahaan. Humas dapat menjadi efektif menopang fungsi pemasaran jika
dibarengi dengan perencanaan yang matang dalam menentukan sasaran dan target perusahaan, yaitu dengan
penerapan strategi dan taktik promosi untuk penjualan suatu produk. Humas
digunakan dalam perencanaan pemasaran untuk mencapai sejumlah sasaran, yaitu (Soemirat &
Ardianto, 2003, hal.154):
1)
Membantu perusahaan dan nama produknya
agar lebih dikenal.
2)
Membantu mengenalkan produk baru atau
peningkatan produk.
3)
Membantu meningkatkan suatu produk life
style, contohnya menyempurnakan pesan iklan dan promosi penjualan dengan
menambah informasi baru.
4)
Mencari pangsa pasar baru dan
memperluas keberadaannya.
5)
Memantapkan semua image (citra) yang
positif bagi produk dan usahanya.
Begitu erat dan pentingnya kerjasama
antara bidang humas dan pemasaran, sehingga ada istilah untuk menggabungkan
aktivitas keduanya yang disebut Marketing Public Relations(MPR). MPR didefinisikan sebagai proses dari
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program-program yang mendorong minat
beli serta kepuasan konsumen, melalui penyampaian informasi dan kesan yang meyakinkan, dalam menyesuaikan
kebutuhan, keinginan, kepentingan, dan minat konsumen terhadap suatu produk
(Ibid, hal.154). Adanya MPR ini diharapkan perusahaan mampu mendapatkan kembali
perhatian khalayak yang telah kebingungan karena informasi yang disajikan
berlebihan.
4.
Penjualan Personal
Penjualan personal (personal selling)
adalah improvisasi dari penjualan dengan menggunakan komunikasi
person-to-person. Personal selling ini sangat penting dalam komunikasi pemasaran dan
tidak dapat digantikan oleh elemen yang
lainnya. Perusahaan dapat menjualkan produknya langsung kepada konsumen melalui
sales personyang berada di bawah naungan sales manager yang mempromosikan produknya secara langsung
kepada target market (Soemanagara, 2006, hal. 43).
5.
Pemasaran Langsung
Pemasaran langsung atau direct
marketing adalah
bagian dari program komunikasi pemasaran. Menurut Soemanagara (2006: 37), pasar
saat ini tidak dapat diduga, secara psikis mereka memiliki kemungkinan berubah
sangat cepat, mereka sangat cepat belajar, sehingga membentuk sikap defensive yang kuat. Kognitif mereka perlu
diperkuat dan diulang setiap saat. Dalam hal ini, komunikasi yang paling ideal adalah melalui pertemuan
langsung, dengan begitu perusahaan dapat menyampaikan pesan-pesannya secara
langsung dan pribadi.
g.
Evaluasi Komunikasi
Pemasaran Terpadu
Setelah melakukan komunikasi pemasaran,
komunikator harus meriset dampaknya pada khalayak sasaran. Hal ini bertujuan
untuk menanyakan kepada tiap-tiap khalayak sasaran berapa kali mereka melihat
pesan, apakah pesan yang disampaikan bisa diingat, informasi apa yang pertama
mereka ingat, bagaimana tanggapan mereka terhadap pesan tersebut, dan bagaimana
sikap mereka setelah
melihat pesan tersebut terhadap suatu produk perusahaan. Komunikator juga akan
mengukur perilaku yang diakibatkan oleh pesan tersebut. Berapa banyak orang
yang membeli produk, merekomendasikan
produk kepada orang lain atau mengunjungi toko (Kotler & Armstrong, 2004
hal.619).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Seiring
dengan perkembangan jaman dan lingkungan komunikasi yang senantiasa berubah maka saat ini perusahaan
membutuhkan komunikasi pemasaran yang efektif. Komunikasi pemasaran yang
efektif merupakan hasil dari suatu proses pemikiran yang bertahap. Faktor yang
mempengaruhinya berupa lingkungan komunikasi yang senantiasa berubah. Perubahan
ini dikarenakan kemajuan teknologi dan pengetahuan mengenai pergeseran tren
dari pemasaran massal (mass marketing) menjadi pemasaran yang tersegmentasi (segmented marketing).
Hal ini kemudian memunculkan kebutuhan untuk melakukan komunikasi pemasaran
yang terpadu.
Perubahan
dalam pemasaran modern dewasa ini,
menyebabkan perusahaan harus berupaya keras untuk menyergap target konsumennya
dengan melakukan integrasi komunikasi pemasaran. Integrasi komunikasi pemasaran
merupakan perpaduan antara periklanan, promosi penjualan, humas dan publisitas
menjadi satu kesatuan yang bekerja secara menyeluruh.
Dalam
membangun hubungan jangka panjang, komunikasi pemasaran terpadu dilakukan untuk
memelihara dan memperkuat Brand. Brand yang kuat dan kokoh yaitu Brand yang mampu bertahan dengan banyaknya
pesaing dan mampu membawa identitas perusahaan ke dalam benak konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Nasiha, Sholehatun, 2010. Strategi Komunikasi
Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communications) Dalam Mengokohkan Brand
Dagadu Djokdja. Yogyakarta.